JawaPos.com - Isteri nelayan korban penyaderaan kelompok bersenjata di perairan Malaysia, menceritakan kronologis singkat pascapenyanderaan terjadi. Julianti, 31, mengaku mendapatkan kabar terkait penyaderaan suaminya Hamdan pada Selasa (11/9) sekitar pukul 00.30 waktu setempat.
Informasi tersebut dari salah seorang anak buah kapal (ABK) bernama Ugi. Dia merupakan salah satu dari 2 korban yang selamat dari penyaderaan kelompok bersenjata itu di atas kapal.
Sementara Hamdan yang bertindak sebagai juru mesin dan Samsul kapten kapal Dwi Jaya Sakti menjadi tawanan kelompok bersenjata itu.
"Saya tahu Selasa pagi. Karena subuh ada memang yang chat. Diberi tahu teman satu kapal atas nama Ugi, dia bagi telepon sama yang selamat satu itu. Jadi saya sempat baku telepon. Dia sembunyi itu yang selamat, tapi saya tidak tahu dia sembunyi dimana," kata Julianti saat berbincang dengan JawaPos.com, Jumat (14/9).
Menurut Julianti, saat itu kapal ikan yang memuat 14 orang ABK sedang beroperasi di wilayah perairan Pulau Gaya Samporna Saba, Malaysia.
Setelah itu 11 orang ABK menuju ke daratan menggunakan perahu kecil untuk menjual hasil tangkapan. Sedangkan 4 orang tinggal di kapal dan tiba-tiba dikepung oleh 3 unit speadbot tak dikenal menggunakan senjata api laras panjang.
Para penyandra kemudian naik ke kapal dan langsung membawa Samsul dan Hamdan. Sementara dua lainnya menetap di atas kapal. "Yang dibawa itu dia sama temannya 1 orang. Kapalnya dikasih tinggal orangnya saja yang dibawa," jelasnya.
Hamdan disebutkan Julianti, telah berkerja sebagai juru mesin di kapal tersebut sejak lima bulan lalu. Hampir tiap hari, korban kerap berkabar melalui sambungan telepon. Hanya saja pascapenyanderaan tidak ada lagi kabar sang suami.
Hal senada diungkapkan, isteri Samsul sang kapten kapal, Fitriani, 28. Ia mengaku pertama kali mendapatkan kabar dari ABK yang selamat dalam penyaderaan itu, di waktu yang bersamaan dengan Julianti.
"Saya dapat info itu pertama dari facebook. Dari ABK itu, karena dia ABK baru. Tapi dia tag, dia tandai, ABK lama yang saya kenal semua. Subuh dia langsung chat saya. Tapi saya tidak yakin kalau itu suamiku. Tapi pas gambar kapalnya yang saya liat baru saya yakin kalau itu suamiku yang disandera," jelasnya dikonfirmasi terpisah.
Fitriani kemudian mencoba meminta kejelasan kembali terkait kelanjutan kabar dalam penyanderaan itu, namun katanya karena dalam kondisi yang cukup shok, sang ABK belum memberikan keterangan lanjutan.
Para ABK saat ini disebutkan Fitriani masih berada di kawasan Saba, Malaysia untuk meminta kejelasan perlindungan. "Dia juga itu disana masih bingung, yang pasti dia sama temannya yang lain disana sekarang sementara tunggu kejelasan. Belum ada juga informasi dari semua yang selamat ini," terangnya.
Informasi terakhir kedua isteri korban ini juga mengaku, telah dihubungi oleh pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk menunggu kejelasan para korban yang sampai saat ini masih disandera. Keduanya berharap agar pemerintah mampu memberikan solusi agar para korban bisa kembali dalam keadaan baik.
Dua orang warga negara Indonesia (WNI) asal Sulawesi Barat (Sulbar) disandra kelompok bersenjata di perairan Malaysia. Kedua warga Sulbar asal, Dusun Camba-camba, Desa Tallubanua, Kecamatan, Sendana, Kabupaten Majene itu masing-masing, adalah Samsul, 38 dan Hamdan, 38.
(rul/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/09/14/243120/2-istri-nelayan-korban-sandera-di-malaysia-sempat-chatting
0 Response to "2 Istri Nelayan Korban Sandera di Malaysia Sempat Chatting"
Posting Komentar