Agus 'Zewex' Tri Haryono, dari Pemain, ke Rocker, dan Kini Pelatih

Zewex mundur sebagai pemain Persebaya Surabaya saat karirnya justru tengah meroket. Musik lalu mempertemukannya dengan banyak nama besar. Dan melatih kini dianggapnya pelampiasan kangen serta balas budi.

BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Surabaya

---

Agus 'Zewex' Tri Haryono, dari Pemain, ke Rocker, dan Kini Pelatih
Penampilan Zewex dalam salah satu konser. (INSTAGRAM AGUS TRI HARYONO)

TERIAKAN itu mengagetkan para siswa SSB (Sekolah Sepak Bola) Indonesia Muda. Dengan segera para bocah berusia di bawah 12 tahun tersebut menurut. Berpencar dan kembali ke posisi semula.

"Jangan menggerombol, ingat posisi masing-masing," ujar Agus Tri Haryono, pria itu.

Agus memang pelatih mereka. Meski, pada Minggu pagi lalu (9/9) di Lapangan Mendut, Surabaya, itu, pria 48 tahun tersebut lebih terlihat seperti rocker ketimbang pelatih.

Rambutnya gondrong. Tangan kanannya penuh tato. Dan, suara pria yang akrab disapa Sewek atau Zewex itu serak.

Zewex memang punya kombinasi latar belakang yang lumayan tak lazim. Dia vokalis grup rock Karpet sekaligus solois. Yang dulunya adalah pemain Persebaya Surabaya. Dan, kini mengabdikan diri melatih di klub tempat dia awal dibina: Indonesia Muda.

"Jangankan pemain saya, lha wong teman saya satu band saja nggak ada yang tahu kalau saya mantan pemain Persebaya."

***

Ke mana pun winger Pelita Jaya I Made Pasek Wijaya bergerak, bek kanan Persebaya itu selalu menguntit. Tanpa kompromi. Bras, bres. Khas Surabaya.

Sampai-sampai rekan setim Pasek, Bonggo Pribadi, tak terima. Bek tengah berpostur tegap itu pun bersitegang dengan si bek kanan yang baru berusia 20 tahun tersebut. Bahkan nyaris baku hantam sebelum dipisahkan para pemain lain.

"Saya dan Bonggo itu sebenarnya akrab karena sama-sama dibesarkan di Indonesia Muda," kenang Agus alias Zewex, si bek kanan Persebaya tersebut, mengenang kejadian di final Piala Utama 1990 itu.

Tapi, seusai laga yang dimenangi Persebaya 3-2 itu, keduanya bersalaman lagi. "Kami saling memaafkan. Ya, seperti nggak ada kejadian apa-apa," kata bapak dua anak itu.

Yusuf Ekodono yang mencetak dua gol bagi Persebaya dalam laga di Stadion Utama, Senayan (kini Stadion Utama Gelora Bung Karno), itu memang lebih banyak disorot. Tapi, keberhasilan Agus mematikan salah seorang winger terbaik tanah air memainkan peran tak kalah penting. Totok Risantono, mantan pelatihnya di Persebaya, tak kaget dengan kemampuan pria kelahiran 17 Agustus 1970 tersebut.

"Dia memang garang, lugas, dan mampu mengambil keputusan dengan cepat. Dia adalah satu-satunya bek yang membuat Syamsul Arifin (penyerang Niac Mitra yang kemudian membela Persebaya) ketakutan," kata Totok.

Kegarangan Zewex itu juga masih diingat betul oleh I Putu Gede. Sebab, dia pernah satu tim di ajang Piring Cup 1986. Saat itu tim yang dia perkuat bareng Zewex, Telkom, menjadi juara. "Dia punya karakter permainan Suroboyo yang sangat kuat," tegas pelatih Perseru Serui itu.

Meski keras, sepanjang karir, Zewex tak pernah kena kartu kuning atau merah. "Soalnya walau main keras, tapi saya kan nggak ngawur," ujar Zewex.

Selain permainan garang, ciri khas Zewex lainnya adalah selalu mengenakan celana pendek selutut saat berlatih. Tak lazim di masanya. Alasannya, takut beset karena terjatuh saat berlatih.

Karena kebiasaan itulah julukan Sewek berasal. Kelak, saat memasuki dunia musik, agar terlihat nge-rock, penulisan Sewek dia ubah jadi Zewex.

Adalah Subodro, mantan pelatih Persebaya, yang memberinya julukan itu. "Sewek itu jarit yang dipakai ibu-ibu," tutur Zewex.

Dia memulai karir di lapangan hijau sebagai pemain tengah. Dari posisi tersebut, dia turut mengantarkan Persebaya U-17 merebut juara ketiga Piala Suratin 1996.

Nah, karena performanya bersama tim junior apik, dia langsung dipromosikan ke tim senior. Tapi, perannya berbeda. Menjadi bek kanan.

Perubahan posisi tersebut ternyata tak membuat performa Zewex meredup. Malah sebaliknya. Kesuksesan di final Piala Utama tadi adalah buktinya.

Tapi, gelar Piala Utama itu sekaligus menjadi titik balik kehidupan penghobi sepeda itu. Memasuki 1991, dia memutuskan mundur. Tak hanya dari Persebaya, tapi juga dari sepak bola.

Padahal, kala itu usianya masih 21 tahun. Usia emas dalam sepak bola. Tapi, Zewex mantap mundur. Padahal, dia juga belum tahu mau ke mana kala itu.

"Saya masih ingat, saya hanya dibayar kalau datang latihan," kenang penggemar legenda Jerman, Karl-Heinz Rummenigge, itu.

Sekali latihan, dia dibayar Rp 10 ribu. Nah, waktu itu, dalam satu minggu, Persebaya lima kali berlatih. Persebaya kala itu memang masih berstatus tim Perserikatan. Amatir.

Sementara itu, Zewex merasa kebutuhannya sudah mulai membengkak.

***

Pada 1995, dua tahun setelah mereka berdiri, album pertama Karpet dengan lagu andalan Males mendapat sambutan positif meski diproduksi secara indie.

Males juga dianugerahi The Best Video Clip versi Video Musik Indonesia 1995. Lewat klip Males itu pula bisa dilihat betapa kegarangan Zewex di lapangan berpindah ke atas panggung. Gelap dan ekspresif.

Buntut kesuksesan album pertama itu, tawaran manggung membanjir. Penampilan Zewex pun mulai berubah. Tangannya dirajam tato. Dan, rambut dibiarkan memanjang.

Meski cukup sukses, Zewex mengaku butuh waktu untuk adaptasi. Dari yang biasanya ke stadion, kini menuju studio. Dari yang biasanya berlaga dengan 11 pemain, kini konser dengan 5 orang saja. Meski bertolak belakang, dia menilai ada banyak kesamaan antara musisi dan pesepak bola.

Karpet sempat menelurkan album kedua bertajuk Disvacum pada 2003. Ada delapan single. Sayang, kali ini mereka tak sesukses album pertama.

Karpet pun memilih vakum pada 2004. Apalagi, sejak setelah menikah dengan Dien Rahayu pada 2002, Zewex sudah mulai kurang fokus. Tapi, saat vakum pun, Zewex tetap tak jauh dari musik. Dia pulang kampung ke Surabaya. Menjadi manajer entertainment di Cangkir Caffe, Surabaya, hingga 2006.

Setelah itu, dia ditawari merilis single pada 2007. Dia pun menelurkan dua lagu, Terbang Tinggi dan Cuek. Hebatnya, pengiringnya merupakan para musisi besar. Dari Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, hingga Ikmal Tobing.

***

Aji Santoso tak pernah melihat bagaimana permainan Zewex semasa masih aktif bermain. Tapi, sebagai personal, dia menyebut pelantun Mereka Bicara itu sebagai sosok yang pintar. "Dia juga cepat akrab dengan siapa pun," kata Aji.

Mungkin itu pula yang bisa membuat Zewex luwes berpindah dari sepak bola ke musik. Dia pun berkomitmen untuk terus meng-uri-uri-nya.

Dia juga sudah melakukan proses rekaman untuk album ketiga Karpet. Dan, tiap Minggu pagi dia menyempatkan waktu mendidik bakat-bakat belia di Indonesia Muda. "Ini bentuk rasa kangenku dalam dunia sepak bola. Sekalian balas budi." 

(*/c10/ttg)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/09/13/242825/agus-zewex-tri-haryono-dari-pemain-ke-rocker-dan-kini-pelatih

0 Response to "Agus 'Zewex' Tri Haryono, dari Pemain, ke Rocker, dan Kini Pelatih"

Posting Komentar