JawaPos.com - Ditolaknya Kawasan Kota Tua Jakarta sebagai World Heritage oleh UNESCO untuk kedua kalinya tidak mengherankan bagi Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga. Menurutnya, Jakarta masih perlu dibenahi dari berbagai sisi secara matang.
"Iya sebenarnya itu tidak mengherankan dari awal sudah saya ikuti, dan banyak persoalan mendasar yang memang tidak dipecahkan dengan matang. Yang paling mudah kelihatan itu pembangunan pedestrian di Kali Besar," tuturnya saat dihubungi JawaPos.com, Sabtu (7/7).
Nirwono menerangkan perevitalisasian Kota Tua sebagai situs sejarah tidak bisa sembarangan. Jika bicara penilaian UNESCO, saat suatu situs sejarah direvitalisasi semuanya harus sesuai dengan jaman bangunan itu dibangun.
"Penggunaan materinya saat itu juga diperkirakan jaman itu pakai material apa karena ini berbicara keotentikan dari suatu kawasan. Kalau yang kita lihat Kali Besar, jelas itu tidak masuk dalam kategori Kota Tua, karena nilai historisnya itu sudah tidak ada karena itu baru," terangnya.
"Secara sepintas UNESCO lihat Kali Besar, sudah pasti kita kalah karena itu tidak dikatakan bangunan lama," sambungnya.
Dirinya mengatakan situs seperti Kota Tua di Indonesia tidaklah hanya di Jakarta melainkan di beberapa daerah Indonesia pun memilikinya. Seharusnya karena itulah Pemprov DKI dapat membuktikan Kota Tua Jakarta bisa lebih spesial dan lebih memukau namun itu tidak terlihat.
"Nilai historisnya juga harus dilihat jadi jangan main usul tanpa narasi yang kuat. Bangunan dan kawasan pun tidak mengikuti aturan secara ketat dari UNESCO. Contohnya pedestriannya, trotoar sekitar bahkan sampai penggunaan cat itu harus dipertimbangkan apa dulu seperti itu yang dipakai karena kita bicara keotentikannya," paparnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno beberapa hari yang lalu sempat mengatakan tidak terpilihnya Kota Tua karena adanya pengaruh reklamasi. Namun, Nirwono membantah hal tersebut karena UNESCO tidak pernah mengkaitkan kegagalan Kota Tua dengan Reklamasi.
"Nggak ada urusannya, penilaian dalam UNESCO itu tidak ada yang mengkaitkan dengan Reklamasi. Tetapi yang harus ditelusuri, apakah Kota Tua mengikuti sesuai dengan keontetikan Kota Tua yang dulu. Seberapa penting sih Kota Tua bagi dunia, bukan hanya Indonesia," jelasnya.
Bahkan, Nirwono memandang kejadian kebakaran Museum Bahari yang lalu, telah menunjukkan ketidakseriusan Pemprov DKI dalam merawat bangunannya. Menurutnya, ada unsur kelalaian dalam mengurus bangunan yang umurnya ratusan tahun.
Begitupula dengan penataan Pedagang Kaki Lima di sekitar Kota Tua yang masih gagal. Selain itu, air kali yang masih hitam dengan aroma yang tidak sedap. Sebagai warga Jakarta, dirinya malu kalau UNESCO menjadikan world heritage dengan keadaan Kota Tua yang belum siap.
"Kalau saya malah malu, jangan dilihat dari bangganya coba kita berkaca diri, malu tidak kondisi masih begitu dibilang layak jadi World Heritage. Harusnya Pemprov DKI tidak usah muluk-muluk menjadikan Kota Tua menjadi World Heritage tetapi ya bertahap saja dulu," tuturnya.
Nirwono menyarankan Pemprov DKI membuat kawasan Kota Tua menjadi hebat saja dulu di Jakarta, lalu kemudian naik menjadi contoh pelestarian Kota Tua di Indonesia.
"Baru ditingkatkan ke Asian, baru kita mengukur apakah Kota Tua di Jakarta sejajar atau tidak. Kalau di tingkat Asian aja tidak, ya jangan mimpi langsung loncat diakui dunia," tandasnya.
(rgm/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/07/07/225988/kota-tua-jakarta-ditolak-unesco-pengamat-itu-tidak-mengherankan
0 Response to "Kota Tua Jakarta Ditolak UNESCO, Pengamat: Itu Tidak Mengherankan"
Posting Komentar