
JawaPos.com - Kenaikan harga telur di sejumlah daerah terus terjadi. Kondisi ini, sudah cukup meresahkan bagi masyarakat, terutama mereka yang menjadikan telur sebagai salah satu panganan wajib karena keterbatasan ekonomi untuk membeli kebutuhan pokok lain yang lebih mahal seperti daging dan sejenisnya.
Di Batam sendiri, Dinas Perindustrian dan perdagangan (Disperindag) Kota Batam mendapati harga telur sudah berada di angka Rp 45 ribu untuk satu papan (30 butir). Itu merupakan hasil pantuan di empat pasar utama di Batam.
Di pasar Cik Puan, Batam Centre dan pasar Cahaya Garden, Kecamatan Bengkong, harga telur satu papan dihargai Rp 46 ribu. Sementara itu 30 butir telur di Pasar Toos 3.000, Kecamatan Lubuk Baja dan Pasar Aku Tahu, dihargai Rp 45 ribu.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Disperindag Kota Batam, Adisthy mengatakan, kenaikan harga telur yang cukup signifikan ini dipicu oleh penurunan produksi telur.
"Produksi banyak berkurang, untuk Batam yang disuplai dari Barelang (Kecamatan Galang, Batam) Medan dan Jambi. Semua mengalami penurunan produksi. Sehingga suplai ke kita jadi berkurang," kata Adisthy ketika dihubungi, Kamis (19/7).
Lebih jauh, Adisthy menjelaskan, Disperindag sejauh ini sudah melakukan beberapa langkah untuk menjaga stabilitas harga telur. Koordinasi di internal Disperindag, kroscek ke lapangan untuk memastikan kondisi sebenarnya di pasar dan dalam waktu dekat Disperindag akan melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Batam untuk mengambil langkah-langkah lanjutan terkait peningkatan harga telur ini.
"Hari Senin (23/7) nanti kita rapat dengan TPID, akan kita bahas persoalan harga telur ini. Langkah berikutnya kita bahas dalam rapat tersebut," kata Adisthy lagi.
(bbi/JPC)
http://www.jawapos.com/read/2018/07/19/229160/dampak-produksi-berkurang-harga-telor-jadi-meroket
0 Response to "Dampak Produksi Berkurang, Harga Telor Jadi Meroket"
Posting Komentar