
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama 15 tahun terakhir, tepatnya pada tahun 2000-2015, total impor beras Indonesia mencapai 15,39 juta ton. Pada tahun 2016-2017, impor sempat berhenti. Berlanjut pada tahun 2018. Selama periode itu, dana impor beras mencapai USD 5,83 miliar atau Rp 78,70 triliun (kurs Rp 13.500).
Berkaca dari Thailand, kondisi tersebut adalah ironi. Negara dengan jumlah penduduk sekitar 68 juta jiwa justru menjadi pengekspor beras terbesar kedua di dunia.
Data worldstopexports.com tahun 2016 menyatakan bahwa Thailand menjadi negara kedua dengan kontribusi ekspor beras mencapai USD 4,4 miliar. Sedangkan India berada di peringkat pertama dengan pendapatan dari ekspor beras mencapai USD 5,3 miliar. Amerika Serikat ada di posisi ketiga dengan pendapatan USD 1,9 miliar dari ekspor beras. Lntas bagaimana dengan Indonesia? Tidak termasuk dalam daftar 10 besar.
Negeri subur ini justru termasuk dalam daftar 10 negara terbesar pengguna devisa untuk impor beras. Situs tersebut menempatkan Indonesia di posisi 6 dengan pengeluaran impor sebesar USD 531,8 juta. Indonesia berada di atas Tiongkok yang ada di posisi pertama dengan pengeluaran USD 1,6 miliar, Saudi Arabia USD 917,3 juta, Benin, USD 773,5 juta, Amerika Serikat USD 714,6 juta dan Uni Emirat Arab sebesar USD 678,1 juta.
"Dari sini negara eksportir versus importir, ternyata Indonesia paling besar impor berasnya. Kalau dari total produksi memang kecil dari pandangan makronya, tapi kita masuk 10 besar. Kita sebagian beras kita stabilitas (harga) ditentukan oleh pasar global," Kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (18/4).
Berbekal luas wilayah yang cukup besar serta potensi alam yang sangat mendukung, Indonesia seharusnya bisa menjadi eksportir beras. Hal itu seolah menjadi gambaran sektor pertanian belum dioptimalkan pemerintah secara baik. Pertanyaanya, kapan swasembada bisa diwujudkan? Atau tetap menggantungkan harapan pada sejumlah impor komoditas? Biar waktu yang menjawab. "Ini menggambarkan apa sih? Betapa sektor pertanian belum terurus dengan baik sehingga impornya tinggi. Negara agraris tapi impornya masih tinggi," tutupnya.
(hap/JPC)
0 Response to "Ironi Indonesia, Negara Agraria Pecandu Impor Beras"
Posting Komentar