
Kepala Instalasi Ketergantungan NAPZA RSJ Radjiman, dr Dian Setyorini SpKJ MKes, saat pertemuan dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Malang, Rabu (4/4), mengatakan, pasien pada tahun ini bisa dibilang menurun. Saat ini, jumlah residen atau pasien NAPZA yang dirawat dengan memanfaatkan program IPWL hanya 13 pasien.
Padahal, tempat tidur yang disediakan untuk merawat pasien dengan ketergantungan obat berjumlah 70 unit."Pernah kami sampai penuh semua bed. Bahkan pernah juga hingga menolak karena over load," kata Dian.
Menurut dia, saat ini memang susah mencari pasien yang bersedia untuk direhabilitasi secara gratis hingga dinyatakan terbebas dari narkoba. Salah satu kesulitannya, masyarakat merasa takut untuk melaporkan ke IPWL. Takut untuk diperlakukan dengan tidak baik atau dipidanakan karena bersentuhan dengan narkoba.
"Padahal, dalam menyembuhkan pasien, kami menggunakan pendekatan medis. Jadi tidak ada istilahnya diperlakukan dengan tidak baik," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala BNN Kabupaten Malang, Letkol PM Laut Agus Musrichin, menjelaskan, untuk rawat inap pasien dengan ketergantungan narkoba, salah satunya berkerja sama dengan RSJ Radjiman Wediodiningrat.
Sementara itu, untuk rawat jalan, mereka bekerja sama dengan RSUD Lawang, Puskemas Turen dan Ponpes Al Amin.
"Rawat inap juga kami bekerja sama dengan Hayunanto Medical Center. Rawat jalan juga bisa dilaksanakan di klinik kami," tegasnya.
Dalam melakukan pengobatan pasien NAPZA, Dian menegaskan, pihaknya menggunakan pendekatan medis. Namun sayang, ketika JawaPos.com dan beberapa wartawan lainnya serta pihak BNN hendak melihat dari dekat aktivitas rehabilitasi dan residen NAPZA dari dekat, Direktur Utama RSJ, dr Laurentius Panggabean SpKJ MKK tidak mengizinkan.
Alasannya, melindungi residen dari sorot kamera dan agar mereka tidak malu karena diliput media massa atau bertemu dengan orang asing. Meskipun JawaPos.com berjanji tidak menampilkan wajah serta identitas asli dari residen.
Bahkan hanya untuk memotret fasilitas perawatan dari luar pun, sang direktur tidak mengizinkan.
"Ya di sini ada perawatan untuk NAPZA. Ibaratnya, saya tidak bisa melahirkan. Tapi saya percaya melahirkan itu sakit. Ketika melihat istri saya partus, saya percaya. Tanpa merasakan orang sudah tahu. Sama seperti sekarang ya," katanya tanpa kompromi.
(tik/JPC)
0 Response to "Rumah Sakit Rehabilitasi Penderita Napzah di Lawang Sepi Pasien"
Posting Komentar