
“Kita sangat berharap pemerintah memacu konsumsi di masyarakat,” Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman ditemui di Jakarta, Senin (23/4).
Adhi berharap pemerintah dapat memberikan stimulus berupa program dana desa lewat bantuan langsung juga mempercepat gaji ke 13 sehingga konsumsi masyarakat meningkat. Dia menyebut kontribusi masyarakat amat besar dalam menentukan pertumbuhan bisnisnya yakni sebesar 80 persen sementara pemerintah hanya 20 persen saja.
“Keyakinan (confident) untuk mengucurkan dua hal itu bagi masyarakat akan mendukung (konsumsi) makanan dan minuman,” kata Adhi.
Namun ada hal lain yang perlu dijaga oleh pemerintah guna mendukung keberlangsungan bisnis mamin. Diantaranya adalah dengan tidak membuat isu-isu yang menakutkan seperti pajak dan batasan transaksi Rp 100 juta. Hal tersebut terus terang, kata Adhi, sangat membuat keresahan bagi pelaku industri.
“Kita usul yang peraturan mewajibkan NIK dan NPWP kan (seharusnya) berlaku 1 april 2018 dan kita jelaskan akhirnya diundur sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sebab di sektor ritel kecil tuh banyak yang belum siap, kalau perlu pemerintah mensosialisasikan caranya bagaimana, kalau tidak tertib administrasi maka dia rugi maka engga bisa ke Penanaman Modal Asing (PMA),” kata Adhi.
Hal itu pula juga yang memicu penyebab banyaknya retail yang mengurangi pembelian pada Januari dan Februari 2018. Lantaran merasa ketakutan sehingga mengurangi sedikit dan menahan ekspansi.
Namun begitu, Adhi meyakini mulai Maret 2018 permintaan bahan baku sudah mengalami perbaikan dan disinyalir akan terus berlanjut seiring dengan dstangnya bulan puasa dan lebaran 2018.
“Sudah kelihatan (kenaikannya). Mulai awal Maret sudah mulai produksinya dari impor bahan baku juga (mengalami peningkatan),” terangnya.
(uji/JPC)
0 Response to "Industri Mamin Berharap Angin Segar Jelang Puasa dan Lebaran 2018"
Posting Komentar