Pasca Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan, Pengamat: Waspadai Buaya

Peneliti biologi bawah laut, Pahlano Daud mengatakan, kasus di Teluk Balikpapan mirip dengan pencemaran perairan yang terjadi di Laut Timor. Itu terjadi akibat meledaknya ladang pengeboran minyak milik Montara, perusahaan migas patungan antara Thailand dan Australia. Tumpahan minyak itu terjadi pada 29 Agustus 2009 dan terus berlangsung selama 74 hari. Hingga akhirnya pada 3 November 2009 kebocoran berhasil diatasi.

Melihat pencemaran yang terjadi di Teluk Balikpapan, katanya, masyarakat bisa berkaca pada kasus Montara. Di Montara volume minyak yang keluar dari kebocoran pipa diperkirakan lebih banyak ketimbang di Balikpapan.

Kondisi air laut di sekitar kawasan Kampung Atas Air, Balikpapan Barat, tampak mulai bersih pascatumpahan minyak yang sempat membuat warna air laut menjadi hitam. (ANGGI PRADITHA/KALTIM POST/Jawa Pos Group)

"Masih terlihat ada terumbu karang, tapi sudah seperti mati karena tertutup alga. Kami menyebutnya dead coral alga,” kata dosen Laboratorium Konservasi, Politeknik Negeri Manado itu seperti dilansir Kaltim Post (Jawa Pos Group), Minggu (8/4).

Dia melanjutkan, meski ada terumbu karang yang masih hidup, namun hanya yang kecil-kecil. Kerusakan masih terlihat khususnya di bagian rataan atau atas karang.

Selain itu, kondisi mangrove juga kering. Mati tak ada regenerasi. Lapisan minyak memang sudah tak terlihat, namun hasil uji laboratorium masih mengindikasikan dampak minyak dari Montara.

"Artinya pemulihan butuh waktu yang lama. Bahkan puluhan tahun. Tapi khusus Teluk Balikpapan tidak sampai segitu. Namun tetap lama,” tambahnya.

Masih di Montara, indikator rusaknya ekosistem juga bisa diukur dari keberadaan buaya. Binatang itu sebagai predator yang berada di puncak rantai makanan sudah mampu bertahan dalam kondisi ekosistem yang kolaps. Namun ketika terumbu karang dan mangrove rusak, otomatis tak bisa mendukung keberlangsungan rantai makanan yang ada di bawahnya. Akhirnya pada saat tertentu terjadi perebutan makanan dengan manusia.

"Di Montara sudah mulai ada buaya yang menyerang nelayan karena menginginkan ikan tangkapan nelayan. Setiap bulan ada saja berita penemuan bayi buaya di selokan, di sungai, dan danau. Padahal itu buaya muara, tapi sudah berpindah ke ekosistem yang lain untuk mendapatkan makanan,” jelasnya.

Dia khawatir, hal serupa terjadi di Teluk Balikpapan. Pahlano Daud yang sudah meninjau langsung kondisi pencemaran di Balikpapan itu menambahkan, memang perlu penelitian untuk mengetahui dampak bawah laut. Namun, secara kasatmata dia melihat minyak masih menempel pada mangrove. Bahkan saat surut terlihat tempelan minyak itu sampai setinggi 2,5 meter dari akarnya.

(iil/jpg/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/04/08/202528/pasca-tumpahan-minyak-di-teluk-balikpapan-pengamat-waspadai-buaya

Related Posts :

0 Response to "Pasca Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan, Pengamat: Waspadai Buaya"

Posting Komentar