JawaPos.com - Segala hal tentang hidup Gil Grunbaum dalam 40 tahun adalah sebuah kebohongan termasuk namanya. Dia tidak seperti yang selalu dia duga. Rupanya ia adalah anak korban selamat Holocaust yang telah diculik dari ibunya oleh para dokter di sebuah rumah sakit di Israel Utara pada tahun 1956, beberapa saat setelah ia dilahirkan.
Seperti dilansir Al Jazeera, tak pernah terpikir oleh Grunbaum bahwa orangtua yang membesarkannya bukanlah orangtua kandungnya. Sekarang berusia 60 tahun, dia mengatakan penemuan itu adalah 'momen paling mengejutkan' yang sulit dibayangkan.
Semua orang yang dicintainya, mulai dari orangtua, bibi, paman, dan sepupu, telah membohonginya selama beberapa dekade. "Bahkan ketika saya menemukan secara kebetulan bahwa saya diadopsi, layanan kesejahteraan melakukan segala yang mereka bisa untuk menghentikan saya menemukan keluarga biologis saya," kata Grunbaum kepada Al Jazeera.
Setelah pencarian tiga tahun di akhir 1990-an, ia akhirnya mengetahui nama keluarganya, Maimon, dan melacak ibu kandungnya ke pinggiran Kota Haifa di Israel Utara. Sekitar 41 tahun setelah mereka dipisahkan, keduanya bertemu untuk pertama kalinya, dalam reuni yang cukup emosional.

Ayah biologis Grunbaum telah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Ia hanya bisa bertemu ibu kandungnya dalam kunjungan yang diawasi di Haifa. "Dia memelukku dan kami menangis. Aku memberinya album foto tiga anakku. Ibu kandungku berkata dengan terkejut, 'Saya memiliki cucu berambut pirang!'," kata Grunbaum.
Grunbaum kemudian memulai kehidupan ganda, mengunjungi ibu kandungnya dan lima saudara kandungnya sambil menyembunyikan kebenaran dari orangtua adopsinya sampai kematian mereka beberapa tahun kemudian. "Saya takut untuk menghadapi mereka. Mereka sudah lanjut usia dan dalam kesehatan yang buruk. Saya pikir itu akan menghancurkan mereka untuk menyadari bahwa saya tahu kebenarannya," ujarnya.
Kisah Grunbaum akan sangat mengganggu bila semakin banyak bukti menunjukkan bahwa mungkin ada ribuan anak-anak lain yang diculik pada dekade pertama Israel berdiri. Seorang menteri pemerintah yang bertugas mempelajari orang hilang, Tzachi Hanegbi mengakui, ratusan anak diambil tanpa persetujuan orangtua mereka.
Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat pemerintah pernah membuat pengakuan publik seperti itu. Setelah berminggu-minggu memeriksa kembali bukti yang diajukan kepada komisi penyelidikan pada akhir 1990-an, Hanegbi mengatakan pada TV Israel, "Mereka mengambil anak-anak dan menyerahkan mereka. Saya tidak tahu di mana," ujarnya.
Penyelidikan almarhum Jacob Kedmi pada tahun 2001 menemukan sebanyak 5.000 anak mungkin hilang dalam enam tahun pertama Israel berdiri. Meskipun hanya memeriksa 1.000 dari kasus-kasus itu Kedmi, seorang mantan hakim Mahkamah Agung semasa hidup pernah menyimpulkan, dalam banyak kasus, anak-anak itu telah meninggal.
Ketika ditanya oleh TV Israel, apakah pejabat pemerintah terlibat, Hanegbi mengatakan, "Kami mungkin tidak pernah tahu."
Keengganannya untuk menjadi lebih terbuka mungkin bisa dimengerti. Shoshana Madmoni-Gerber, seorang akademisi Israel yang telah menulis sebuah buku tentang penghilangan anak yang berjudul Media Israel dan Pembingkaian Konflik Internal: The Yemenite Babies Affair, mencatat pemindahan paksa anak-anak dari satu kelompok etnis ke kelompok lain akan membawa PBB pada definisi genosida.
Bagaimanapun ini adalah kejahatan yang dilakukan terhadap ribuan orangtua yang masih tidak tahu kebenaran tentang nasib anak-anak mereka. Hampir semua anak yang hilang berasal dari keluarga Yahudi yang datang dari negara-negara Arab tidak lama usai peristiwa Nakba tahun 1948, ketika ratusan ribu penduduk asli Palestina diusir dari rumah mereka.
(ina/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/06/16/220601/40-tahun-berlalu-pria-ini-baru-sadar-ia-anak-korban-holocaust
0 Response to "40 Tahun Berlalu, Pria Ini Baru Sadar Ia Anak Korban Holocaust"
Posting Komentar