JawaPos.com - Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya membuat inovasi sebuah alat aplikator pupuk berbasis gravitasi bernama MALICA (Multifunctional Fertilizer Applicator). Alat tersebut bertujuan untuk memudahkan petani dalam pemupukan.
Kelima mahasiswa tersebut yakni Tiyas Widya Armanda, Muhammad Zamzami Almabruri, Khoirul Anam, Restu Vitri Astuti dan Zuvan Fahrezi. Tiyas menerangkan, MALICA merupakan alat berupa aplikator pupuk berbasis gravitasi yang portable dan multifungsi. Alat ini ditujukan untuk para petani dalam membantu proses pemupukan yang lebih baik.
Dia menyampaikan, inovasi tersebut dimulai ketika mereka menemukan kesulitan di beberapa petani dalam menjaga hasil panen. Salah satunya terjadi di kelompok tani Pangestu yang berada di Desa Pandanrejo, kota Batu.
"Normalnya, mereka dapat memanen hingga 3,2 ton per hektar tetapi saat musim penghujan tiba, hasil panen menurun menjadi 1,2 ton per hektar," ujarnya. Dia mengatakan, hal itu tentunya berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pasar. Apalagi, lanjutnya, kelompok tani ini diketahui merupakan salah satu pemasok jagung manis bermutu tinggi.
Setelah melakukan analisa, tim ini pun menemukan jika masalah tersebut timbul salah satunya akibat metode pemupukan yang digunakan kurang tepat. Yakni, alat yang mereka gunakan selama ini belum bisa diaplikasikan secara optimal.
"Hand sprayer yang sering digunakan hanya bisa memuat pupuk cair. Selain itu, pupuk cair akan disemprotkan secara random dan meluas pada tanaman sehingga tingkat pemerataan pupuk pada tiap tanaman menjadi rendah," paparnya.
Meski hand sprayer mudah digunakan, lanjut dia, tetapi pupuk cair yang dapat dimuatnya hanya cocok diberikan saat musim kemarau dengan kelembaban tanah yang relatif rendah. Sehingga diharuskan memberikan pupuk padat (granul), terutama saat musim penghujan.
Sedangkan untuk pemberian pupuk granul, masih tetap harus dilakukan secara tradisional dengan tenaga manusia. Yaitu dengan menebarkannya di sekitar akar tanaman satu per satu dan dengan cara membungkuk.
Menurutnya, proses tersebut kurang efektif dan efisien. Apalagi rata-rata usia petani di Indonesia didominasi oleh kaum lansia. Resiko dari seringnya kegiatan membungkuk itu pun cukup fatal. Seperti nyeri punggung, bahkan kardiovakuler.
Tiyas mengungkapkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 30 persen petani mengeluh menderita nyeri punggung bawah.
Berangkat dari permasalahan itulah, tim ini menciptakan alat pemupuk berupa aplikator sederhana yang terbuat dari jurigen bekas sebagai tangki pupuk, pipa PVC sebagai batang aplikator, dan selang sebagai penghubung keduanya.
Prinsip kerjanya, berpedoman pada gerakan katup pegas untuk mempermudah pengguna dalam mengoperasikan. "Hanya dengan menarik pemicu batang aplikator dengan 1 jari, maka pegas akan meregang dan berimbas pada katup yang akan membuka," jelasnya. Sehingga, pupuk bisa keluar lancar.
Sebaliknya, ketika pemicu dilepaskan, pegas akan kembali seperti semula yang akan berpengaruh pada menutupnya katup atau mengahalangi pupuk untuk bisa menuju keluar.
Dia mengungkapkan, kelebihan dari penggunaan MALICA ini diantaranya dapat digunakan sebagai aplikator pupuk granul dan pupuk cair sekaligus. "Jumlah pupuk yang keluar bisa disesuaikan dengan adanya katup pegas, dapat menghemat biaya, penggunaannya cukup mudah, dan desainnya yang ergonomis," kata dia.
"Dan yang terpenting, petani tidak perlu lagi susah dan capek untuk membungkuk saat memupuk," lanjutnya.
Berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya, dengan teknologi ini, mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada proses pemupukan pada komoditi jagung.
Diantaranya terjadi penurunan jumlah pekerja hingga 28 persen, peningkatan kapasitas kerja hingga 20 persen, penurunan waktu operasi, penurunan penggunan pupuk dan penurunan biaya pekerja hingga 33 persen.
(fis/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/06/30/224093/mahasiswa-ub-ciptakan-alat-aplikator-pupuk-untuk-permudah-pemupukan
0 Response to "Mahasiswa UB Ciptakan Alat Aplikator Pupuk untuk Permudah Pemupukan"
Posting Komentar