
JawaPos.com - KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba 18 Juni lalu terdiri atas tiga dek. Ternyata, konstruksi kapal seperti itu sangat membahayakan.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Wahju Satrio Utomo mengatakan, konstruksi itu banyak digunakan kapal penyeberangan di Danau Toba. Karena itu, pemerintah akan melakukan operasi untuk merevisi kondisi membahayakan tersebut.
"Penggunaan dek hingga tiga lantai tidak diperbolehkan. Sangat riskan ketika kapal berlayar," tutur Wahju kemarin.
Hal membahayakan lainnya adalah pemasangan teralis besi di jendela kapal. "Kalau nanti terjadi apa-apa, penumpang sulit lolos," tambahnya.
Sayang, operasi penertiban yang akan dilakukan Kemenhub itu masih sebatas operasi simpatik. Padahal, pengalaman sebelumnya, hal tersebut bakal sulit dipatuhi. Yang lalu, ada insiden kapal penyeberangan yang mengakibatkan seorang tewas di Danau Toba. Padahal, saat itu semua kapal penyeberangan (selain feri) dilarang beroperasi.
Selain mengecek kondisi kapal, pemerintah akan membagikan life jacket. Kemarin pembagian life jacket dipusatkan di Dermaga Ajibata, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Dalam tahap pertama tersebut, jaket keselamatan yang diberikan sekitar 600 buah.
Total, sebanyak 5.000 jaket keselamatan akan dibagikan. Pembagian bakal disebar ke sejumlah dermaga dan pelabuhan yang ada di kawasan Danau Toba. "Sesuai ketentuan, jumlahnya (life jacket) harus 125 persen dari jumlah penumpang yang diangkut," katanya.
(tau/c9/ang)
https://www.jawapos.com/read/2018/06/25/222590/belajar-dari-kasus-km-sinar-bangun-jendela-kapal-jangan-pakai-teralis
0 Response to "Belajar dari Kasus KM Sinar Bangun, Jendela Kapal Jangan Pakai Teralis"
Posting Komentar