Cerita Sekjen PBNU Pilih Berlebaran di Jakarta

JawaPos.com - Ramadan telah berlalu. Bulan penuh berkah tersebut menyisakan rindu bagi umat Islam. Walau harus menahan haus, lapar dan segala godaan iman lainnya selama satu bulan penuh, namun Ramadan selalu dirindukan.

Itu pula yang dirasakan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini. Tepat di hari raya Idul Fitri kali ini, ia mengaku masih terkenang indahnya Ramadan 1439 Hijriah.

Selama bulan suci itu, Helmy mengaku kerap kali mengisi hari-harinya dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Mantan Menteri Pembangunan Desa Tertinggal itu memiliki jadwal rutin sebagai penceramah di masjid-masjid.

"Selama Ramadan kegiatan saya memenuhi undangan-undagan pengajian, kultum di beberapa masjid, kemudian acara rutin bersama anak yatim," kata Helmy kepada JawaPos.com, beberapa waktu lalu.

Helmy bersyukur pada Ramadan tahun ini ibadah puasa dan salat Tarawihnya tidak ada yang bolong. Namun, penyesalan sedikit terasa sebab targetnya untuk khatam Alquran tidak terlaksana.

Hal ini dikarenakan kesibukan Helmy, mulai dari memenuhi undangan keagaman, hingga tugasnya sebagai salah satu pemangku jabatan di PBNU. Meski demikian ia tetap menyempatkan membaca Alquran setiap hari walau hanya sebentar.

"Biasanya saya nggak sempat. Terus kalau (mau) khatamin Quran, lebih banyak melakukan kegiatan yang lain. Tapi diusahakan selalu tadarusan setiap hari," lanjutnya.

Sementara itu, perayaan Idul Fitri 2018 akan dijalani Helmy dan kekuarganya di Jakarta. Tak ada jadwal mudik ke kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat.

Ini adalah lebaran perdana bagi Helmy dan keluarganya di Jakarta. Keputusan ini diambil sebab ibunda dari pria 45 tahun itu akan menjalani ibadah umrah pada 3 Syawal mendatang.

"Lebaran kali ini saya nggak mudik. Semua keluarga di Jakarta, karena ibu saya mau umrah berangkatnya tanggal 3 Syawal," imbuhnya.

Meskipun dijalani di kota rantau, Helmy tetap akan menghadirkan suasana Idul Fitri seperti di kampung halaman. Seperti tradisi menggelar open house bagi keluarga dan kerabat dekatnya.

Kemudian tradisi sungkeman hingga saling bermaafan antar anggota keluarga. Selain itu, politikus PKB dan keluarganya juga akan berziarah ke makam almarhum ayahanda.
Guna lebih merasakan suasana kampung halaman, menu-menu khas Cirebon telah disiapkan, seperti ketupat, lontong sayur, hingga opor ayam.

Selain itu makanan masa kecil seperti kojek akan menambah rasa nostalgia. Meski telah mendekati usia paruh baya, nyatanya makanan-makan itu masih familiar di lidah Helmy.

"Di rumah menunya ketupat, lontong sayur, pokoknya makanan khas Cirebon. Ya opor ayam, sambal hati juga ada. Sama biasanya makanan kita kecil dulu juga disajikan, kalau di sini kayak pentol gitu lah, kojek biasanya disebutnya," lanjutnya.

Di hari kemenangan tahun ini, terselip secercah harapan sederhana dari Helmy. Alumni Institue Bandung (ITB) itu mendoakan seluruh anggota keluarga diberi kesehatan dan kesuksesan dunia akhirat.

Selain itu, dia berharap segala ketegangan antarkelompok dapat diredam di hari raya ini. Semangat Ramadan dan Syawal dapat berdampak pada kesuksesaan pesta demokrasi.

"Saya harapkan dengan semangat Ramadan dan Syawal ini kita bisa menurunkan eskalasi tahun politik ini. Sehingga ketegangan-ketegangan antarkelompok ini dapat dikendorkan. Sehingga bisa menjadi energi positif bagi masyarakat Indonesia," pungkas Helmy.

(sat/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/06/15/220484/cerita-sekjen-pbnu-pilih-berlebaran-di-jakarta

0 Response to "Cerita Sekjen PBNU Pilih Berlebaran di Jakarta"

Posting Komentar