Pilgub Jatim Bukan Pertarungan Risma vs Khofifah

JawaPos.com - Tensi politik di Jawa Timur (Jatim) meningkat jelang pemungutan suara pemilihan gubernur (pilgub). Berbagai manuver politik dilakukan sejumlah pihak. Seperti yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dia pun harus terseret dalam panasnya suhu politik.

Risma pernah menyindir Calon Gubernur (Cagub) Jatim Khofifah Indar Parawansa dengan kata-kata keminter atau sok pintar. Padahal sebelumnya, Risma pernah meminta dukung kepada Khofifah selaku Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) saat hendak maju di Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Surabaya.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi menilai, manuver Risma terlalu dominan. Bahkan telah melampaui calon yang didukungnya. Sejatinya, Pilgub Jatim 2018 merupakan pertaruhan antara Saifullah Yusuf dengan Khofifah Indar Parawansa.

"Padahal Bu Risma cukup diperlukan untuk mendongkrak suara bagi Saifullah Yusuf-Puti Guntur yang didukung PDIP, tempat Risma berpartai. Tapi kalau power tersebut tidak di dikontrol dengan baik, malah bisa jadi boomerang bagi calon yang didukung,” ujar Airlangga, Sabtu (23/6).

Manuver Risma yang terlalu mendominasi belakangan, belum tentu bermanfaat bagi Gus Ipul-Puti. Sebaliknya, malah menjadi kontraproduktif. Sebab yang muncul dipermukaan seolah-olah Risma berhadap-hadapan dengan Khofifah.

"Padahal Risma bukan calon gubernur yang sedang berlaga di Pilgub Jatim. Kita harus ingat yang bertarung di Pilgub Jatim ini Gus Ipul melawan Khofifah. Bukan Risma versus Khofifah. Karena siapapun yang terpilih nanti, Bu Risma tetap menjadi Wali Kota Surabaya. Artinya, yang kami ingin saksikan adalah bagaimana antara Khofifah dan Gus Ipul saling beradu argumen dan program. Bukan antara Khofifah dan Bu Risma,” imbuhnya.

Airlangga menambahkan bahwa manuver Risma yang terlalu menggebu-nggebu dan puncaknya cenderung menyerang Khofifah, menjadi tidak berdampak besar untuk mendulang suara kepada Gus Ipul. Ini bisa dilihat dari survei terakhir. Suara Khofifah dan Gus Ipul di Surabaya imbang.

Berdasarkan survei dari Lembaga Saiful Mujani Research Centre di Kota Surabaya, Gus Ipul-Puti dan Khofifah-Emil sama-sama meraih 45 persen suara. Padahal Pilwakot Surabaya 2015, Risma memperoleh 86 persen suara. “Cara yang dilakukan Bu Risma tidak terlalu signifikan berdampak pada tingkat keterpilihan Gus ipul,” sebutnya.

Sebagai akademisi yang banyak malang melintang dalam strategi politik di Jatim dan nasional, Airlangga memberikan saran agar Risma tetap cool dalam berkampanye. Contoh yang lebih pas bisa dilihat dari seorang Gubernur Jatim Soekarwo.

Meski sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, Seokarwo tidak sekalipun menyerang lawan politiknya di Pilgub Jatim 2018. Soekarwo cenderung santai dan soft. Tapi gerakan untuk memenangkan calon yang didukung partainya lebih terukur dan tepat sasaran.

“Saran saya, Bu Risma tetap cool saja dalam berkampanye. Kampanye lebih santai tentu lebih bagus hasilnya. Coba bandingkan dengan Pakde Karwo yang mendukung Khofifah, tapi soft dalam kampanye. Tidak menggebu-nggebu,” pungkas Airlangga.

(arm/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/06/23/222206/pilgub-jatim-bukan-pertarungan-risma-vs-khofifah

0 Response to "Pilgub Jatim Bukan Pertarungan Risma vs Khofifah"

Posting Komentar