
Menginjak usia ke-84 tahun, Mbah Din wafat setelah beberapa hari terakhir menjalani perawatan intensif. Sebelum menghadap Sang Khalik, Mbah Din bermimpi bertemu dengan ayahnya, Kiai Abbas bin Abdul Jamil. Seperti diketahui, Kiai Abbas merupakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus Pahlawan Nasional.
"Sebelum dirawat, Mbah Din bermimpi bertemu dengan ayahandanya Kiai Abbas. Pertemuannya pun diantar kakak-kakaknya. Mungkin itu firasat beliau," ujar cucu dari Mbah Din, KH. Jimmy Mu'tashim Billah atau Kang Nemi kepada JawaPos.com, Rabu (26/4).
KH Nahduddin Royandi Abbas. (Istimewa)
Informasi dari istri Mbah Din, Hj. Fadliyah, pihak keluarga sedang mengurusi surat kematian dari Council Barneth di Borough. Proses penerbitan sertifikat tersebut memakan waktu cukup lama. Sekitar 3-4 jam.
Setelah Council Barneth mengeluarkan sertifikat, pihak Masjid Hendon baru bisa mengambil jenazah Mbah Din dari rumah sakit. Selanjutnya, jenazah akan dibawa ke Morgue Masjid untuk dimandikan, dikafani dan disalatkan.
"Setelah disalatkan, kemudian jenazah Mbah Din dipulangkan. Karena waktu setempat masih pagi hari, maka kemungkinan jenazah akan tiba di Masjid Buntet Pesantren pada Minggu pagi," ungkapnya.
Kepergian Mbah Din memberikan duka yang mendalam. Bukan hanya bagi keluarga dan masyarakat Cirebon saja. Ulama kharismatik itu sangat dicintai umat Islam di Indonesia. Khususnya warga NU.
Nemi menceritakan, Mbah Din sudah 56 tahun tinggal di London, Inggris. Tepatnya sejak 1959. Sejak usia 18 tahun, Mbah Din menimba ilmu kepada dua ulama Nusantara terkemuka di Masjidil Haram, Kota Makkah Al-Mukarramah. Yakni, Yasin Alfadangi dan Syekh Hamid Albanjari.
Lama menetap di Britania Raya, tidak menghentikan semangat Mbah Din berdakwah Islam dan mengenalkan kehidupan pesantren di Indonesia kepada masyarakat setempat. Khususnya ekpada komunitas muslim dari India, Pakistan dan Bangladesh.
"Kami sudah kehilangan orang tua kami, teladan kami, panutan warga NU di penjuru Nusantara. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah, dan ilmunya selalu bermanfaat," tuturnya.
(wiw/JPC)
0 Response to "56 Tahun Tinggal di London, Mbah Din Kenalkan Kehidupan Pesantren"
Posting Komentar