
Menurutnya, trend elektabilitas Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengalami peningkatan dari hasil temuan pada Februari 2018 lalu. Yakni, dari 35,0 persen menjadi 36,2 persen. Sementara, Prabowo cenderung mengalami penurunan yakni dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen.
"Kalau kita melihat data, kami mengambil data sekitar 6 April, sehingga efek deklarasi pak Prabowo belum terpotret dari survei," kata Sudarto di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Senin (16/4).
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (Gunawan Wibisono/JawaPos.com)
Sudarto berpendapat, pembawaan mantan Danjen Kopassus yang belakangan ini cenderung tempremental dan cenderung berapi-api membuat tingkat keterpilihanya semakin menurun. Apalagi, katanya, perbedaan gaya pembicara Prabowo pun cenderung berbeda dari 2015 lalu.
"Faktor-faktor statment dan pembawaan, kalau kita rasa pak Prabowo jauh terasa lebih berbeda dari 2014, dulu beliau lebih kalem dan egaliter, kalau dia menyebutkan ketegasan hanya dalam forum-forum tertutup," ungkapnya.
"Kalau sekarang luapan emosi dikeluarkan di tempat yang terbuka, itu yang membuat elektabilitas pak Prabowo turun," sambungnya.
Sementara itu, Sudarto menambahakan, kecenderungan elektabilitas Jokowi yang terus meningkat lantaran masih berhubungan dengan tingkat kepuasan yang juga ikut meningkat dari bulan lalu. Dirinya menyebut peningkatan itu terjadi karena Jokowi telah berhasil menyelesaikan infrastruktur beberapa bulan ini.
"Apakah bisa naik atau turun? tergantung 2019 mendatang, kalau dilihat infrastruktur bisa jadi juga sebaliknya elektabilitas Jokowi akan menurun," pungkasnya.
Sebagai informasi, MEDIAN melakukan survei pada 24-6 April 2018 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara random sampling dan proposional atas populasi provinsi dan gender. Survei ini pun diyakini memiliki margin of error sebesar +/ 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
(aim/JPC)
0 Response to "Survei: Trend Elektabilitas Jokowi Naik, Prabowo Turun"
Posting Komentar