WWF: Dalam Setahun Ada Dua Harimau Sumatera yang Mati Akibat Konflik

Selain konflik, angka kematian Harimau Sumatera juga diakibatkan karena perburuan dan perdagangan liar. Hal itu merupakan penyebab yang cukup besar. Karena dapat mancapai empat hingga lima ekor Harimau Sumatera yang tewas dalam setahun.

Angka-angka tersebut terbilang tinggi, mengingat jumlah populasi satwa dengan nama ilmiah Panthera tigris Sumatrae ini di pulau Sumatera terus mengalami penyusutan.

"Penurunan belum bisa dijawab secara angka. Namun, dengan trend kematian harimau akibat konflik dan perburuan. Kita menduga populasinya semakin menurun," kata Humas WWF, Syamsidar saat dihubungi JawaPos.com, Kamis (12/4).

‎Syamsidar melanjutkan, beberapa upaya sudah dilakukan pihaknya untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang berakibat menurunnya jumlah populasi Harimau Sumatera. Salah satunya seperti sosialisasi dan mendorong upaya penegakan hukum.

"Kasus perburuan harimau sebelum tahun 2017 bisa dibilang masih sedikit yang masuk dalam persidangan. Jika masuk dalam persidangan, vonisnya sangat kecil seperti hanya tiga bulan," sebutnya.

Rendahnya hukuman yang diberikan oleh hakim terhadap pelaku perburuan dan perdagangan liar, tentunya tidak memberikan efek jera terhadap para pelaku.‎ Sehingga, tentu saja angka tindak pidana itu juga semakin meninggi.

"Oleh sebab itu, kita mendorong upaya penegakan hukum agar lebih intensif dan maksimal. Sehingga bisa memberikan efek jera," jelasnya.

Sementara itu, Research and Monitoring (Tiger and Elephant) Module Leader WWF Indonesia Central Sumatera Program Febri Anggriawan Widodo merincikan, berdasarkan data dari WWF hingga tahun 2007, populasi Harimau Sumatera di Pulau Sumatera sendiri sebanyak 371 ekor.

Jika dibandingkan dengan 20 tahun lalu, angka ini tentunya mengalami penurunan yang sangat signifikan. Yang mana pada tahun 1980-an, populasi Harimau Sumatera mencapai angka lebih dari 1.000 ekor.

Khususnya di Provinsi Riau‎, WWF belum memiliki angka pasti. Karena masih dalam proses studi dan penelitian. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan, terdapat dua kategori bentang alam tempat harimau bermukim. Untuk bentang alam sedang ada sekitar 70 ekor sementara yang kecil kurang dari 10 ekor.

"Lanskap yang sedang ada di Suaka Marga Satwa Rimbang Baling, Bukit Bungkuk dan Bukit Batabuh masuk dalam Lanskap Rimbang Baling ini. Kemudian yang masuk dalam lanskap sedang yakni Taman Nasional Bukit Tiga Puluh," rincinya.

Sementara untuk bentang alam ukuran kecil berada di Taman Nasional Tesso Nilo, Senepis Buluhala dan Suaka Margasatwa Kerumutan.

"Jika dalam sepuluh tahun mendatang tidak diintervensi, maka Harimau Sumatera akan punah di kawasan itu. Maksudnya diintervensi ini dikelola dengan baik dan perburuannya ditekan," tukasnya.

(ica/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/04/12/203964/wwf-dalam-setahun-ada-dua-harimau-sumatera-yang-mati-akibat-konflik

Related Posts :

0 Response to "WWF: Dalam Setahun Ada Dua Harimau Sumatera yang Mati Akibat Konflik"

Posting Komentar