Warga Nilai Uji Coba Penutupan Simpang Mampang Tidak Efektif

JawaPos.com - Tiga simpang di kawasan Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan ditutup sejak Jumat (18/5) lalu. Namun, warga merobohkan barier beton yang menutup tiga simpang Mampang agar kendaraan bisa lewat. Tak lama pula, pada Sabtu (19/5), Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membuka kembali akses tiga simpang Mampang Prapatan Raya.

Penutupan dilakukan untuk mengurangi kemacetan di sepanjang Jalan Mampang Prapatan Raya. Penutupan ini adalah rekayasa uji coba yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan memasang barier beton. Dalam hal ini, uji coba dilakukan dengan menutup akses di lampu merah Duren Tiga Selatan, lampu merah Duren Tiga Raya, dan lampu merah Buncit Lima atau Mampang Prapatan 7.

Akan tetapi, banyak warga yang merasa hal ini tidak efektif. Pasalnya, pengendara yang ingin berbelok ke arah tersebut harus memutar lebih jauh. Seperti, bila pengendara dari Jl. Warung Jati Barat dan ingin menuju Duren Tiga Selatan, mereka (pengendara) harus memutar terlebih dahulu di atas Terowongan Mampang-Kuningan.

Warga Nilai Uji Coba Penutupan Simpang Mampang Tidak Efektif
Penutupan Simpang Mampang Prapatan, Jakarta Selatan akhirnya dibuka bagi warga

Sebaliknya, bila pengendara dari arah Kuningan dan ingin menuju ke rute yang ditutup tersebut, mereka harus memutar depan Garasindo terlebih dahulu. Karena itulah, warga yang kesal langsung merobohkan beton barier agar ada space (jarak). Jarak inilah yang dipakai pengendara untuk berbelok atau memutar balik.

Seorang pegawai LSP Migas, Anto, mengaku tidak setuju dengan penutupan ini. Lokasi tempat ia bekerja sendiri berada persis di dekat putaran Duren Tiga Selatan. Anto sendiri pun tinggal di Pondok Jaya Mampang, Jakarta, dan mengaku kesulitan saat ingin ke tempat ia bekerja.

"Masalahnya yang ditutup ini kan jalan utama. Sosialisasi untuk penutupan simpang Mampang ini saja kurang. Saya yang tinggal di dekat sini saja kebingungan pas tau ditutup. Intinya bagi saya tidak efektif," katanya, di LSP Migas, Jakarta, Selasa (22/5).

Ia menambahkan, dikarenakan tiga simpang ditutup, pengendara harus berkendara lebih jauh bila ingin memutar balik. Waktu dan tenaga lebih terkuras. Terlebih, penutupan simpang Mampang ini tidak mengurangi kemacetan sama sekali.

"Masalahnya kan ini jalan utama, menurut saya tidak akan mengurangi kemacetan juga, kendaraan saja semakin banyak. Yang ada mungkin saat mau balik arah, terjadi penumpukan kendaraan yang menyebabkan ekornya panjang sekali," tuturnya.

Bila ingin mengurangi kemacetan, Anto berpendapatan bisa dengan diberlakukan sistem waktu. Misalnya, dari pukul 06.00 WIB sampai 09.00 WIB, tiga simpang Mampang Prapatan Raya ditutup. Setelah jam 09.00 WIB, baru dibuka kembali.

"Menurut saya, jalan ini kan termasuk jalan utama. Orang yang memakai jalan Mampang berarti ingin pergi bekerja ke arah Jakarta. Penutupan akses tiga simpang itu kan ke arah perumahan atau akses menuju jalan lain. Jadi bisa untuk mengurangi kemacetan kalau sistem waktu. Menurut saya ya," terangnya.

Salah seorang ojek online, Yogi, mengaku enggan melewati jalan Mampang Prapatan Raya bila tiga simpang ditutup. Hal ini ia utarakan karena bila mendapat costumer di sekitaran jalan tersebut, Yogi harus memutar jalan yang jauh.

"Costumer bakal nunggu lebih lama mas. Nanti yang ada marah dan di cancel ordernya. Rugi di saya kan mas jadinya," jelasnya

(sab/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/05/22/214610/warga-nilai-uji-coba-penutupan-simpang-mampang-tidak-efektif

0 Response to "Warga Nilai Uji Coba Penutupan Simpang Mampang Tidak Efektif"

Posting Komentar