Menurutnya, pandangan keliru tersebut berasal dari mindset perusahaan outsourching yang selalu mementingkan kepentingan klien dibandingkan kesejahteraan para pekerja.
âKebanyakan praktek outsourching kan Bapak mau kita bisa, itu yang bikin jelek,â ujarnya saat ditemui di kawasan Serpong Tangerang, Selasa (1/5).
Mantan Direktur PT Garuda Indonesia Tbk ini menilai, saat ini telah terjadi revolusi industri di kalangan pekerja buruh. Selain dituntut dapat memberikan kualitas yang baik, skill yang mempuni, tapi juga dituntut karakter personal yang baik. Hal tersebut harus dipenuhi agar dapat bersaing dan menghindari gempuran teknologi.Â
âKami enggak kalah saing dengan pekerja asing, pekerja kami juga ada yang di Singapura. Enggak  jadi ancaman bagi pekerja malah jadi peluang. Meskipun ada mesin yang menggantikan pekerjaan manusia tapi pekerja yang berinteraksi dengan manusia enggak bisa digantikan,â tuturnya.
Elisa juga mengatakan, jika dibandingkan dengan negara India yang jumlah penduduknya hampir sama dengan Indonesia, bisnis outsourching tumbuh dan berkontribusi besar bagi negara.
âIndia bisnis outsourching tumbuh. sementara kita tuntut bubarkan outsourching. Sebenarnya kalau apa yang diatur oleh pemerintah dijalankan, para pekerja bisa sejahtera,â imbuhnya.
(mys/JPC)
0 Response to "Bisnis Outsourching India Tumbuh, Indonesia Selalu Ingin Dibubarkan"
Posting Komentar