Perjuangan Endang Dirikan Tempat Belajar untuk Anak Buruh Pabrik

RUMAH Endang tampak ramai, Rabu (2/5). Beberapa orang sibuk memainkan seperangkat gamelan di pendopo yang dinamakan Djoglo Pandanlandung. Djoglo tersebut berada di teras rumah Endang. Rupanya, tempat yang juga dinamakan Sanggar Bermain dan Belajar (SBB) itu baru selesai menggelar pertunjukan seni.

Sementara itu, di dalam rumah Endang, tampak beberapa siswa usia SD tengah belajar. Ada yang membaca, ada juga yang berhitung. Atau belajar bidang lainnya. Endang tampak serius namun sesekali diselingi dengan canda tawa kala mengajari murid-muridnya.

Endang adalah perempuan yang peduli terhadap pendidikan. Pendidik di MI Nurul Huda, Mulyorejo, Kota Malang ini, sudah konsisten memberikan pendidikan tambahan alias les kepada anak di desanya.

Mayoritas anak di Desa Pandanlandung, merupakan putra para buruh. Tidak heran, karena kawasan ini bisa dibilang lokasi industri. Dikelilingi pabrik, utamanya pabrik rokok. Dia sudah melakukannya sejak 1996. Artinya sudah berjalan selama 22 tahun.

Uniknya, selama memberikan pelajaran tambahan, tidak sekalipun istri Imam itu mematok tarif atau menarik bayaran. Dia menikmati meskipun tidak diberi sepeserpun 'uang lelah' oleh wali murid.

Jiwa pendidiknya sudah muncul sejak berusia belasan. Waktu SMA, kerap mengajar mengaji bagi anak-anak di kampungnya, Pandean, Kota Malang. Kebiasaan ini terus berlanjut tanpa putus hingga dia melanjutkan kuliah di S1 jurusan akuntansi Universitas Merdeka (Unmer) Malang. Bahkan ketika dia menikah pada 1996 dan pindah ke Pandanlandung, aktivitasnya tidak terhenti.

"Karena suka mengajar anak-anak, berbagi ilmu. Awalnya di Wagir ini ada ibu-ibu minta agar anaknya diberi pelajaran tambahan untuk sekolah. Saya iyakan, karena memang mereka butuh. Orang tuanya kerja di pabrik, jadi tidak bisa memantau belajar anak," paparnya panjang.

Memberikan pelajaran tanpa mematok tarif ini lantas berkembang. Guru non PNS yang sudah mengabdi selama 18 tahun itu kemudian memikirkan ide lain. Dia prihatin dengan perkembangan pergaulan bocah di desanya. Menurutnya, pergaulannya kurang terurus, karena orang tua sibuk bekerja. Sehingga mempengaruhi tumbuh kembang bocah.

Dia juga merasa, banyak anak yang kurang percaya diri, kurang bersosialisasi dengan permainan yang baginya kurang pas untuk bocah. Akhirnya, dia memutar otak mencari celah agar anak bisa tetap bermain menikmati masa kecilnya. Namun juga bisa belajar.

Sekitar tahun 2000-an, ide ini baru bisa terealisasi. Saat itu, desanya dikunjungi oleh sekelompok mahasiswa dari Universitas Ma Chung, Malang. Kepada mahasiswa, dia menyampaikan gagasan untuk mengembangkan para bocah.

Bak gayung bersambut, ide ini diterima dengan baik. Model kerjasamanya, para mahasiswa membuat program, sementara lulusan SMA Islam itu mengumpulkan para bocah.

"Saya punya ide bagaimana cara mengembangkan anak-anak ini. Tapi nggak tahu bagaimana jalannya. Kok kebetulan ada mahasiswa ke sini. Saya yang mem-follow up kelanjutan program. Mereka yang mengonsep," imbuh perempuan berkerudung itu.

Berawal dari ide itu, lahirlah Sanggar Bermain dan Belajar (SBB) Pelangi. Gagasan sederhananya, agar anak bisa tetap bermain namun tidak meninggalkan kewajiban belajar.

SBB Pelangi yang awalnya bertujuan agar para anak buruh pabrik bisa tetap mendapatkan pendidikan, akhirnya berkembang. Saat ini sudah memiliki murid sekitar 60 orang, dari lintas latar belakang orang tua.

Para siswa diberi kemampuan untuk menari, melukis, bermain musik, berkesenian patrol, membuat wayang dari botol bekas dan kerajinan tangan lainnya. Misalnya saja membuat gerabah.

Setiap Sabtu, selalu ada kegiatan. Entah menari atau berlatih musik dan bermain patrol. Rumahnya tidak pernah sepi dari celoteh anak.

Para pengajarnya bermacam-macam. Untuk menari, dipandu oleh anak Endang, Anisa Nur Imani. Sementara untuk pelajaran lainnya, dibantu oleh teman-teman Imam. Imam merupakan seniman dan penulis cerpen.

Hasilnya, anak didik di SBB Pelangi yang lembaganya baru diresmikan tiga tahun itu, kerap tampil di berbagai even. Mereka menunjukkan kemampuan menari di depan publik.

Baru-baru ini, berhasil menyabet juara I dalam lomba tari tradisional tingkat Malang. Bahkan, tak jarang tampil untuk mengisi beragam kegiatan. Tamu di SBB Pelangi beragam. Mulai dari Kementerian Desa, World Bank dan beberapa instansi lainnya.

Djoglo Pandanlandung, juga digunakan untuk tempat penyuluhan anti narkoba, workshop materi lain dengan sistem parenting. Yakni melibatkan orang tua.

Di SBB Pelangi ini, juga disediakan taman baca secara gratis. Buku bacaannya beragam dengan ratusan koleksi. Buku koleksinya, ada yang berasal dari kantong pribadi ada juga sumbangan. "Jadi kalau ada kegiatan kecamatan, juga dibelokkan ke sini. Ada tamu dari Jakarta, juga mampir ke sini," bebernya.

Sama seperti kegiatan pemberian les tambahan, untuk SBB Pelangi, lulusan Unmer itu juga tidak menarik biaya. Hanya saja jika ada pentas, orang tua siswa mendanai kebutuhan kostum dan make up secara mandiri.

"Saya nggak narik biaya, gratis. Tapi paguyuban orang tua yang berinisiatif untuk menarik iuran. Saya bilang, atur saja sendiri sesuai dengan kebijakan mereka," imbuh perempuan murah senyum itu.

Semua kegiatan SBB Pelangi dilaksanakan di rumah Endang. Menggunakan fasilitas yang dimiliki Endang. Misalnya saja listrik. Mengenai biaya operasional, Endang mengaku tidak pernah pusing memikirkannya. Meskipun tidak menarik bayaran, namun dia yakin, rezeki bisa datang dari mana saja.

Bagi dia, berbagi ilmu dan melihat anak-anak bisa bermain dengan bebas dan belajar tenang adalah kepuasan tersendiri. Meskipun guru non PNS yang sudah menjadi pengajar selama 18 tahun, Endang tidak takut tidak mampu menjalankan SBB Pelangi.

"Aduh, saya nggak pernah mikir sampai ke sana (biaya). Bagi saya, melihat anak-anak antusias belajar itu cukup. Apa yang saya punya untuk membantu orang lain, akan saya berikan. Rezeki sudah diatur Allah, bisa datang darimana saja," tutupnya dengan senyum. (tik)

(tik/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/05/02/209338/perjuangan-endang-dirikan-tempat-belajar-untuk-anak-buruh-pabrik

Related Posts :

0 Response to "Perjuangan Endang Dirikan Tempat Belajar untuk Anak Buruh Pabrik"

Posting Komentar