JawaPos.com - Mata uang Turki, lira, masih berjuang dari krisisnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dampak kritis itu juga berdampak ke sejumlah negara berkembang.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi X DPR RI, Esti Wijayati mengatakan, krisis mata uang yang dialami Turki harus dijadikan pembelajaran. Hal itu diungkapkannya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hadir dalam sidang Paripurna.
"Turki yang presidennya dielukan semua pihak saja mengalami goncangan yang dahsyat. Depresiasi lira hingga 67 persen. Kita perlu tingkatkan kinerja agar tidak terseret arus tersebut," ujarnya di DPR, Jakarta, Selasa (28/8).
Dalam rapat tersebut, Esti juga menekankan kehati-hatian pemerintah dalam menyusun sejumlah asumsi makro.
Dalam asumsi makro RAPBN 2019, pemerintah mematok nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 14.400. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target kurs rupiah selama tahun ini sebesar Rp 13.400 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 14.400 harus diperhatikan. Pengelolaan cadangan devisa, devisa hasil ekspor, ini demi kepentingan stabilitas rupiah," tuturnya.
Target pertumbuhan ekonomi juga dipatok sebesar 5,3 persen. Adapun laju inflasi pada tahun depan tetap ditargetkan sebesar 3,5 persen, sama seperti target di tahun ini.
Selain itu, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada tahun depan ditargetkan 5,3 persen.
Sementara harga minyak mentah atau ICP ditargetkan sebesar USD 70 per barel. Selanjutnya, lifting minyak bumi sebesar 750.000 barel per hari, di bawah target tahun ini yang sebesar 800.000 barel per hari. Sedangkan lifting gas sebesar 1,25 juta barel setara minyak per hari, di atas target tahun ini sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari.
(hap/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/08/28/238997/dpr-ke-sri-mulyani-krisis-mata-uang-turki-perlu-jadi-pembelajaran
0 Response to "DPR ke Sri Mulyani: Krisis Mata Uang Turki Perlu Jadi Pembelajaran"
Posting Komentar