
JawaPos.com - Sampai hari ini, ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan bertanya-tanya tentang energi baru terbarukan (EBT). Termasuk di Sumatera Barat (Sumbar) sendiri. Padahal, EBT adalah energi masa depan untuk Indonesia.
Hal itu dipaparkan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar. Arcandra mengatakan, Indonesia bukanlah negara yang kaya minyak.Hal itu pun diamini para undangan yang hadir. Cadangan minyak yang terbukti bisa diambil hanya sekitar 3,2 sampai 3,3 miliar barel. Lantas, jika dibandingkan cadangan minyak dunia, Indonesia hanya memiliki 0,2 persen.
"Ilmunya yang bisa menjawabnya. Cadangan minyak kita kurang 1 persen cadangan dunia. Andalan kita, ya energi terbarukan. Kenapa? Karena sampai hari ini, EBT adalah energi yang tak akan ada habisnya," kata Arcandra, saat peresmian sumur bor air tanah dan pembangkit listrik energi terbarukan di Nagari (desa) Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumbar, Kamis (24/5).
Wakil Menteri berdarah Minangkabau itu mencontohkan, EBT seperti angin yang tidak akan habis kecuali telah dijanjian Allah SWT. Begitu juga ombak, surya, air akan habis. Namun, hal itu masih bisa diperdebatkan.
"Jika tidak dipelihara, seperti yang di Danau Maninjau dengan adanya keramba, ada potensi suatu saat tidak akan terbarukan lagi. Termasuk tiga PLTMH-nya (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Jadi, banyak sekali pembangkit listrik energi terbarukan," katanya.
Keberadaan sumur bor air tanah dan pembangkit listrik energi terbarukan di Nagari Padang Tarok, sangat dirasakan manfaatnya oleh ratusan warga. Dimana mereka selama puluhan tahun kesulitan mendapatkan air bersih. Terutama si jorong Titih, Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam.
"Alhamdulillah, sekarang tidak jauh dan sulit lagi mencari air untuk mandi dan mencuci," kata Dayismar, 73, salah seorang warga setempat.
Pada tahun 2006 lalu, sebenarnya Pemerintah telah memberikan bantuan pengadaan air bersih melalui program nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pansimas). Namun, kualitas airnya kian menurun, dan bahkan keruh bila hujan deras melanda.
Meski begitu, akses air bersih juga belum bisa menyentuh ke rumah-rumah warga. Pipa-pipa air belum terpasang dari sumber mata air. Warga Jorong Titih pun terbiasa menampung air hujan sebagai cadangan persediaan air bila kemarau datang.
"Air dari atas (persediaan Pansimas) untuk mandi saja. Kalau cuci-cuci pakai air hujan. Kalau masak pakai air yang kami beli dari truk air," ujar Dayismar.
Namun, kesulitan warga dalam mengakses air bersih akhirnya dijawab pemerintah. Sejak 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi membangun satu unit sumur bor yang mampu 'menyedot' air tanah secara optimal.
Tak hanya itu, melalui alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 3,9 miliar untuk Sumatra Barat, warga Jorong Titih juga bisa menikmati air bersih langsung di rumahnya melalui pembangunan pipa-pipa air.
Arcandra Tahar menegaskan bahwa, pemerintah terus berupaya memperluas aksesibilitas warga terhadap air bersih. Di Kabupaten Agam sendiri, baru 77,07 persen penduduk dari total 478 ribu jiwa yang sudah memiliki akses penuh terhadap air bersih.
Sejumlah cara sudah dilakukan untuk menambah jumlah masyarakat yang tersentuh akses air. Termasuk dengan membangun sambungan PDAM, sumur gali, mata air terlindung, dan sumur bor.
Khusus di Jorong Titih, Nagari Padang Tarok, pembangunan sumur bor yang dilakukan, nantinya mampu menyentuh 920 jiwa atau 110 kepala keluarga (KK).
"Peresmian ini juga dimaksudkan sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa pemerintah pusat dan DPR berupaya menjangkau masyarakat di daerah sulit air yang lebih banyak," kata Arcandra.
(rcc/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/05/24/215304/arcandra-tahar-blak-blakan-soal-energi-baru-terbarukan
0 Response to "Arcandra Tahar Blak-Blakan Soal Energi Baru Terbarukan"
Posting Komentar