JawaPos.com - Fatwa Fardhu Ain untuk memilih salah satu pasangan calon di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) disayangkan Ikatan Gus-Gus Indonesia (IGGI). Sebab tidak ada dalil yang menyatakan untuk memilih salah satu nama pemimpin. IGGI juga meminta agar ulama tidak menggunakan hadist dhoif untuk mendukung salah satu pasangan calon.
Ketua IGGI Ahmad Fahrus Rozi (Gus Fahrur) menyampaikan itu karena ada ulama yang dianggap menggunakan hadist dhoif untuk memberikan dukungan politik. Dia menyarankan agar tidak membawa agama untuk kepentingan ambisi merebut kursi gubernur. "Jangan menggunakan segala cara, membawa dalil, menyeret agama untuk politik praktis," ujarnya, Senin (4/6).
Sekadar diketahui, para kiai pendukung Khofifah Indar Parawansa menggelar pertemuan pada Minggu (3/6) kemarin. Mereka merumuskan fatwa Fardlu Ain. KH Asep Saifuddin Chalim selaku tuan rumah dan inisiator Fatwa mengatakan, jika tidak memilih Khofifah maka bisa disebut telah mengkhianati Allah dan Rasulullah. Dasar dalil tersebut tertuang dalam kitab Albujairimi Alal Khotib jilid 4 hal 318.
Gus Fahrur menegaskan, landasan yang digunakan Kiai Asep adalah hadist dhoif. Sehingga tidak bisa digunakan sebagai landasan hukum menetapkan Fardhu Ain, menurut kaidah Fiqih yang disepakati para ulama.
Menurut Gus Fahrur, selama ini tidak pernah ada dalil yang menyatakan hukum fardlu Ain memilih salah satu nama pemimpin. Fardlu Ain adalah kewajiban individu muslim yang telah memenuhi syarat dan tidak bisa diwakili atau diganti orang lain.
Misalnya, salat lima waktu, zakat, puasa dan berhaji jika telah mampu yang berarti konsekuensi dosa bagi yang meninggalkannya . "Tidak ada hukum Fardlu Ain dalam memilih satu nama pemimpin, justru yang ada adalah hukum haram memilih pemimpin menurut sebagian ulama berkaitan dengan memilih pemimpin perempuan," katanya.
Dia lantas mengutip hadist Nabi yang diriwayatkan Bukhari yakni, 'Tidak adakan beruntung kaum yang perkaranya dipimpin oleh seorang wanita.' Gus Fahrur berharap para tokoh agama tidak berfatwa tanpa ilmu yang dapat masuk kategori sesat dan menyesatkan.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya sekaligus. Tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang alim, orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu. Sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain," ulas Gus Fahrur mengutip sebuah Hadist yang diriwayatkan Bukhari-Muslim.
(did/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/06/04/217686/gus-fahrur-jangan-membawa-dalil-untuk-politik-praktis
0 Response to "Gus Fahrur: Jangan Membawa Dalil untuk Politik Praktis"
Posting Komentar