
JawaPos.com - Pendidikan tinggi memerlukan biaya yang mahal? Hal itu ditepis Sulaiman Sulam, seorang staf humas di SMKN 6 Malang. Pria yang kini tengah menempuh studi S2 di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Malang itu mampu membiayai kuliahnya hanya dengan bermodalkan sampah.
Pria yang mengambil jurusan Administrasi Publik itu mengaku, jika biaya untuk kuliah S2 memang dari hasil memulung sampah. Laki-laki kelahiran Flores Timur itu mengatakan, setiap hari dia menyempatkan waktu untuk memulung sampah plastik dan kertas. Selanjutnya dijual di bank sampah yang berada di SMKN 6 Malang.
Sebagai informasi, SMKN 6 Malang memang mempunyai program bank sampah. Para siswa maupun karyawan sekolah bisa menyetorkan sampah yang dibawanya untuk kemudian ditukar dengan uang dan ditabung. Tabungan yang terkumpul nantinya bisa dimanfaatkan sebagai uang membayar SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan).
Berawal dari situ, dia kemudian mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi S2. Dia mengatakan, bank sampah sekolah tersebut pertama kali di launching pada 2016 lalu. Sulaiman pun termasuk salah satu karyawan yang mendirikan bank sampah itu.
Pada awal-awal launching bank sampah, dia tidak ikut menabung. Namun, lama-lama dirinya juga turut menabung di bank sampah tersebut. "Awalnya hanya edukasi sudah dirikan bank sampah, masak gurunya gamau nabung. Akhirnya mulai menabung sendiri pada 2017," ujarnya pada JawaPos.com.
Setiap bulan setidaknya Sulaiman mendapat uang sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Sebelumnya, uang itu dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Lama kelamaan dia berfikir, jika satu bulan bisa menghasilkan uang sebanyak itu dari sampah, kenapa tidak digunakan untuk meneruskan studi saja.
Akhirnya muncul keinginan Sulaiman untuk bersekolah lagi. "Akhirnya terus ditabung, untuk sekolah S2," kata pria yang juga menjadi guru tidak tetap (GTT) di SMKN 6 Malang.
Dia menceritakan, biasanya dia mengumpulkan sampah dari ruang kerja temannya yang ada di sekolah. Selain itu, bapak dua anak itu juga mengumpulkan sampah yang ada di sekitar rumahnya. "Saya ambil, olah di sekolah, gabung dengan bank sampah siswa. Dari hasil penjualan, gunakan bayar SPP," ujar alumnus Universitas Gajayana Malang, jurusan Sastra Inggris itu.
Dalam satu bulan, lanjut Sulaiman, jika dirinya rutin menabung bisa mendapat uang sebesar Rp 1,2 juta. Jika satu semester terdiri dari enam bulan, artinya dia bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp 6 juta dari sampah tersebut. Sementara SPP Sulaiman sendiri berkisar Rp 5,5 juta per semester.
Dia mengatakan, tabungan dari hasilnya memulung sampah itu khusus untuk mengcover SPP studi S2 nya saja. Saat ini, dia baru saja melewati pendidikan semester satu, dan akan memasuki semester dua.
Sulaiman mengaku jika hasil dari mengumpulkan sampahnya itu cukup membantunya dalam hal keuangan. Pasalnya, dari sampah yang dia ambil di sekitaran sekolah saja, jika dihitung per hari bisa menghasilkan Rp 25 ribu. Sementara itu, untuk sampah gelas plastik yang sudah dipilah, satu kilogramnya dihargai Rp 5.500.
Sulaiman biasa memulung sampah pada sore hari, yakni sekitar pukul 16.00. Untuk malam hari, dia biasa memulung sampah di sekitar rumahnya yang berada di Sukun, Kota Malang. Setiap hari, setidaknya dia mempunyai tabungan sekitar Rp 7 ribu - Rp 10 ribu dari hasilnya memulung sampah.
Dari kegiatannya memulung sampah untuk bersekolah ini, Sulaiman ingin membuktikan ke masyarakat luas jika pendidikan yang tinggi tidak harus menunggu kaya terlebih dahulu. "Dari sampah aja bisa. Budaya malu harus dibuang jauh-jauh," pungkasnya.
(fis/JPC)
https://www.jawapos.com/read/2018/08/05/233352/staf-humas-smk-di-malang-kuliah-s2-dengan-biaya-dari-sampah
0 Response to "Staf Humas SMK di Malang Kuliah S2 dengan Biaya dari Sampah"
Posting Komentar