
Itu dilakukan agar tidak muncul isu hoax atau ujaran kebencian yang dapat merusak nilai serta aturan demokrasi.
Menurut Ardi, Pilkada 2018 harus bercermin pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu yang dinilai sangat tinggi isu ujaran kebencian.
"Pilkada Jakarta perlu dijadikan pelajaran pahit bagaimana isu-isu ujaran kebencian (hoax) dan juga berita bohong itu juga perlu dihindari," kata Ardi di YLBHI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (25/3).
Bahkan adanya isu ujaran kebencian di tengah proses Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, lanjut Ardi, hingga kini masih menimbulkan bekas luka.
"Hingga kini bekas-bekas luka dan juga kejahatan yang terjadi pada masa tersebut belum kembali pulih dengan sempurna, sementara dalam waktu dekat terdapat Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019," ungkap Ardi.
Oleh karena itu, Ardi menganggap bergulirnya isu ujaran kebencian dalam proses pesta demokrasi dapat merusak pendidikan politik terhadap masyarakat.
Serta dapat memperkeruh suasana para calon pendukung antar kandidat calon kepala daerah.
"Seluruh stakeholder termasuk parpol, tokoh masyarakat dan pemerintah untuk dapat memperhatikan secara serius," pungkasnya.
(rdw/JPC)
0 Response to "Aroma Pilkada DKI Jakarta Jangan Diseret ke Pilkada 2018"
Posting Komentar