Kini, Perempuan Zaman Now Bisa Jadi Petani Lewat Aplikasi

Apalagi bagi perempuan, berbagai stigma yang melekat selalu menempatkan mereka pada kelompok kelas 2 setelah pria. Sebab sejak dulu, tugas pria adalah mencari nafkah, dan perempuan hanya berada di dapur. Kini tak begitu lagi sejak era Kartini dan emansipasi perempuan.

Maka perempuan meski berada di rumah, bisa tetap mencari penghasilan tambahan. Salah satunya yang dilakukan Cleo Indaryono, salah seorang investor perempuan muda di usia produktif. Ahli Gizi itu bercerita tentang pengalamannya berinvestasi pada petani Indonesia melalui aplikasi Crowde.

"Kini saatnya berinvestasi dan saya memilih bisnis pertanian, sambil bantu perempuan petani di Indonesia, agar mereka lebih sejahtera dan berdaya," katanya kepada JawaPos.com, Sabtu (31/3).

Berbagai studi menunjukan bahwa perempuan dan kelompok marginal adalah pihak yang paling rentan terdampak oleh perubahan iklim, dikarenakan terbatasnya akses mereka terhadap aset, pelayanan publik, dan proses pengambilan keputusan (World Bank 2011). Oleh karena itu, pemberdayaan petani perempuan yang mengedepankan pendekatan ramah lingkungan menjadi sangat penting, di samping untuk memastikan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh keluarga dan komunitasnya.

"Saya selalu ingat pesan ibu saya, bahwa makan nasi harus selalu dihabiskan nanti petaninya nangis. Nah itu yang mendorong saya berinvestasi di bidang ini," ujar Cleo.

Saking banyaknya berinvestasi, Cleo sampai lupa berapa komoditas yang dia tanam untuk berinvestasi. Paling dia ingat adalah berinvestasi pada proses penggemukan sapi dan bertanam edamame.

"Bagaimana caranya untuk saya zaman now di mana gaya hidup tak lepas dari Instagram dan ojek online, untuk bisa berinvestasi hanya lewat aplikasi. Apalagi sesuai yang saya senangi," ujar Cleo.

Bayangkan selama 1-2 tahun terakhir, Cleo sudah berinvestasi di 17 project. Karena latar belakangnya yang merupakan ahli gizi, maka Cleo lebih suka memilih tanaman holtikultura agar bisa dimanfaatkan untuk kesehatan.

"Rata-rata yang saya pilih investasi penanam tanaman holtikultura dan beresiko rendah," katanya.

Sebab untuk cabai misalnya, pasti beresiko pada musim sehingga mempengaruhi masa panen. Terbukti, Cleo pernah gagal panen saat berinvestasi pada cabai.

"Pernah gagal panen dua project, cabai komoditinya yang gagal," katanya.

Caranya mudah, cukup membuka website Crowde di crowde.co, lalu berinvestasi mulai dari Rp 10 ribu. Selain sudah membantu para petani kemudian keuntungan antara petani dan investor akan dibagi saat hasil panen dengan periode dan ekspektasi keuntungan yang telah ditetapkan.

"Kalau keuntungan, setiap kali panen kira-kira 10 persen dari nilai investasi saya untuk tiap project. Lumayan banget kan perempuan bisa menambah penghasilan tak hanya dari suami selain itu hanya tinggal dalam genggaman tak usah repot," kata Cleo.

CEO Crowde, Yohanes Sugihtononugroho menjelaskan saat awal investasi dan saat panen pihaknya memberitahukan kepada investor apa resikonya dan bagaimana keuntungannya. Crowde juga mengajak investor meninjau lahan panennya.

"Kami mengajak para petani di Bogor, Sukabumi, Yogyakarta dan sebagian pulau Jawa. Biar investor mengetahui bagaimana sih yang mereka investasikan dan apa yang ditanam," tambah Yohanes.

Rata-rata komoditi yang ditanam adalah sayuran yang bisa cepat panen di bawah enam bulan seperti cabai. Selain itu ada juga padi, yang bisa dipanen rata-rata tiga kali panen dalam setahun.

(ika/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/03/31/200465/kini-perempuan-zaman-now-bisa-jadi-petani-lewat-aplikasi

0 Response to "Kini, Perempuan Zaman Now Bisa Jadi Petani Lewat Aplikasi"

Posting Komentar