
Bahkan satu minggu belakangan ini ada yang sampai tiga hari baru kering. Salah satu perajin teri di Pulau Pasaran yang mengaku merasakan dampaknya adalah Warsinem, 53.
Ia mengaku produksi terinya cukup menurun dari hari biasanya. warsinem juga harus mengeluarkan ongkos lebih untuk menggaji buruh yang bekerja di tempatnya.
“Biasanya satu hari kering kalau cuaca bagus. Tapi kalau mendung terus ya harus nambah hari kerja. Nambah lagi kita ongkosnya,” katanya, Rabu (14/3) saat ditemui di rumahnya.
Dengan kondisi seperti ini, Warsinem mengaku memilih untuk menurunkan jumlah produksinya. Karna takut jumlah pengeluarannya lebih besar dari pada jumlah produksi. “Nanti bulan-bulan Maret kita baru bisa normal lagi. Semoga cuacanya juga bagus,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Ribut, 48. Akibat cuaca yang kerap mendung, teri buatannya lebih lama kering. Selain itu teri juga menjadi sedikit menguning dan kehitaman. “Biar terinya tetep bagus kita tambahin garam khusus. Emang nambah biaya mas, tapi ya gapapa lah dari pada kualitas terinya menurun,” katanya.
Untuk mengakali biaya operasional, Rebut mengaku terpaksa mengurangi buruh yang dipekerjakan. Jika biasanya ia mempekerjakan samapi sepuluh orang, kali ini hanya enam orang. “Biar gak banyak ngeluarin ongkos produksi,” katanya.
Kendati demikian Ribut mengaku tidak mengurangi jumlah produksi. “Emang lebih lama keringnya. Tapi ya mau gimana lagi namanya juga cuaca,” katanya.
Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Provinsi Lampung Rudi mengatakan cuaca mendung disertai hujan dengan intensitas ringan sampai lebat masih akan terjadi sampai akhir bulan Maret.
“Kalau prakiraan cuaca hari ini wilayah Bandarlampung berpotensi hujan ringan hingga lebat pada siang dan sore hari,” katanya melalui pesan whatsapp.
(Mhd/JPC)
0 Response to "Cuaca Mendung Perajin Teri Medan di Pulau Pasaran Merugi"
Posting Komentar