Pelanggan Rela Menunggu di Gubuk Hingga Dini Hari

Yulaikha tinggal di Dusun Tlogorejo, Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Dia memiliki perkebunan seluas 1.500 meter persegi. Lahannya ditanami pisang, kopi dan rumput gajah.

Di antara tanaman-tanaman itu, tumbuh pohon durian yang selalu berbuat lebat. Setidaknya ada 20 batang pohon durian. Sekarang, buah durian di perkebunan Yulaikha sedang banyak-banyaknya karena memang lagi musim.

Langsung ambil: Durian masak pohon di Desa Wonorejo, Lawang. (Tika Hapsari/Jawapos.com)

Yulaikha mengaku tidak pernah menjual duriannya ke luar kebun. Pembeli datang langsung ke perkebunan dan bebas membeli durian berapa saja jumlahnya.

"Tidak pernah jual ke luar. Kadang saja karena banyaknya permintaan, saya sampai sungkan karena duriannya sedikit," kata Yulaikha kepada JawaPos.com saat berkunjung ke perkebunannya.

Harga durian di perkebunan Yulaikha bervariasi. Mulai Rp 25 ribu hingga di atas Rp 40 ribu per buah. Hal ini tergantung dari ukuran durian yang akan dibeli.

Namun, pembeli yang datang ke perkebunan milik Yulaikha harus sedikit memiliki kesabaran. Sebab saat datang, pembeli tidak langsung dipetikkan durian. Melainkan harus menunggu si raja buah jatuh sendiri dari pohon.

Artinya, semua durian yang dijual Yulaikha merupakan buah masak pohon. Tidak ada istilah karbitan untuk membuat durian cepat matang. Bahkan, ada garansi tidak tertulis bagi pembeli durian.

Bila buah yang didapat rasanya tidak enak atau hambar, sang pemilik akan menggantinya dengan yang baru. Atau bila durian yang didapat ukurannya kecil-kecil, pembeli akan mendapatkan tambahan buah.

"Pernah ada orang komplain duriannya tidak ada rasa. Kemudian diganti langsung oleh ibu (Yulaikha). Padahal duriannya sudah habis dimakan di rumah," ungkap Alwi, salah satu pelanggan setia kebun durian milik Yulaikha.

Penasaran bagaimana rasanya menunggu durian runtuh, JawaPos.com kemudian ikut mencobanya. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh sebanyak tiga kali dari arah dalam setelah setelah 30 menit menunggu.

Tanpa membuang waktu, JawaPos.com langsung saja mencari sumber suara jatuhnya durian. Hasilnya, tiga durian berukuran sedang didapat.

Sementara dari pantauan, beberapa pembeli lain yang datang terlebih dulu tampak sibuk menikmati durian matang dengan aroma yang menggoda. Mereka menikmati si raja buah di gubuk bambu yang dibangun ala kadarnya.

Tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat tumpukan kulit durian yang dibakar. Tujuannya untuk mengusir nyamuk dan serangga lain. "Enak banget, benar-benar manis," cetus Veve, salah satu pembeli asal Pasuruan.

Selang sejam setelah tiga durian runtuh, terdengar lagi suara berdebum yang cukup kencang. Setelah mencari ke dalam kebun sambil sesekali mendongak ke atas karena takut jika ada durian runtuh lagi, JawaPos.com menemukan satu buah durian yang cukup besar berwarna hijau. Kali ini aromanya cukup kuat.

"Wah, kamu dapat durian buto ijo. Walau warnanya hijau tapi dalamnya sudah matang. Coba saja cium baunya, sudah harum kan," sambung Alwi.

Makan durian yang jatuh dari pohon mengadirkan sensasi tersendiri. Terbukti, banyak pembeli yang datang meski harus berlama-lama menunggu demi mendapatkan satu durian. Karena memang buah yang didapat benar-benar masak pohon.

Tidak sedikit penggemar durian yang menunggu hingga malam. Jumlah pelanggan yang datang akan semakin banyak menjelang dini hari. Mereka menunggu di gubuk ala kadarnya untuk menanti durian runtuh. "Kalau malam lebih banyak," imbuh Alwi.

(tik/JPC)

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/03/19/197199/pelanggan-rela-menunggu-di-gubuk-hingga-dini-hari

0 Response to "Pelanggan Rela Menunggu di Gubuk Hingga Dini Hari"

Posting Komentar