Pemukiman warga miskin di sekitar Istana Negara (Ikhsan Prayogi/ JawaPos.com)
JawaPos.com - Megahnya kehidupan di Jakarta bagaikan sebuah ilusi bagi sebagian warganya. Pasalnya masih ada masyarakat yang ekonominya di bawah rata-rata.
Seperti halnya ibu Parmi, 46. Perempuan yang umurnya hampir menyentuh angka setengah abad itu, harus menghidupi satu anaknya dengan gaji hanya Rp 300 ribu per bulannya.
"Kerjaannya nyuci sama gosok di rumah orang. Suami saya juga sudah meninggal benerapa tahun lalu. Sakit paru-paru. Sekarang tinggal sama anak saja, baru kelas satu SMK. dia sekolah di Jalan Garuda sana," kata Parmi saat ditemui di Jalan Pejambon I, Jakarta Pusat, Kamis (15/3).
Dengan hati yang penuh ikhlas Parmi mengatakan bahwa, anaknya mendapatkan KJP selama masih sekolah. "Tiap bulannya itu dapat Rp 200 ribu. Itu ngga cukup buat sebulan. Kan dia ada jajanya, sekolah sehari harus bawa Rp 25 ribu," katanya sambil tertawa.
Parmi juga awalnya mengeluhkan susahnya mengurus KJP. Karena harus banyak langkah yang harus dia tempuh, agar anaknya terdaftar di KJP tersebut. Di mulai dari rapat orang tua, dormulis di RT/RW hingga mengisi formulir di sekolahnya.
Akan tetapi Parmi merasa beruntung karena ia tidak perlu lagi memikirkan biaya sekolah anaknya. Karena dirinya sudah di bantu oleh sebuah komunitas bernama sahabat anak.
"Jadi kan anak saya sekolah di sekolahan swasta jadi ada bayarannya per-bulan. Ada uang gedung tapi saya sudah tidak memikirkan itu, ada sahabat anak dan KJP yang mengurus. Jadi uang bulanan dipotong dari KJP setengahnya, dan sisanya dibayarkan sama sahabat anak," lanjutnya.
Selain itu, Parmi juga bersyukur, karena dirinya sudah tidak lagi mengontrak. "Iya ini rumah sendiri, tapi kecil untuk bertiga saja," katanya malu-malu.
Kemudian Parmi mengaku untuk kehidupannya selama satu bulan, dia dan anaknya harus pintar-pintar menghemat keuangan dan bantuan dari pemerintah. "Iya dapat dari kelurahan. Beras lima kilogram dan telur satu kilogram. Tapi itu juga kadang suka tidak cukup. Sehari-hari ya makan seadanya makan pakai nasi, telur, tempe, ya begitu lah," ucapnya pasrah.
Hal yang sama juga di rasakan Seh, 50, perempuan tangguh yang menghidupi keempat anaknya dengan memulung. "Ya saya mulung sama suami, tapi ada satu anak yang kerja di tukang bersih-bersih, yang pake baju orang itu. Nah ke bantu sama dia. Jadi ya Alhamdulillah bisa nutupin," tuturnya.
Sama halnya dengan Parmi, meski ada yang membantunya menafkahi keluarga. Dirinya harus pintar-pintar mengirit keuangan dan beras dari pemerintah.
"Ya kan saya anaknya ada empat, satu kuliah di tangerang, ada yang masih kecil, ada yang masih SMP. Jadi ya sering tidak cukup, jadi kita irit-irit saja. Beras bantuan dari pemerintnah saja cuma cukup sampai lima hari" tuturnya sambil tertawa.
(ipy/JPC)
Alur Cerita Berita
Rekomendasi Untuk Anda
Sponsored Content
loading...
0 Response to "Tinggal di Dekat Istana Negara, Parmi Hidupi Anak Bermodal Rp 300 Ribu"
Posting Komentar