
Seperti biasa, acara tahunan tersebut diisi oleh beragam diskusi dan seminar oleh para pemateri. Pada acara yang berlangsung di auditorium Allama Iqbal, Islambad tersebut, Ketua Forum Zakat Nasional Bambang Suherman menyebut riset yang dilakukan Irfan Syauqi Beikh bersama Dompet Dhuafa menunjukkan data luar biasa.
Bahwa potensi zakat Indonesia telah mendekati angka Rp 300 triliun. Katanya, itu adalah sebuah dana yang besar dari zakat. Meski demikian, dia menyebut angka tersebut masih potensi. ’’Realisasinya, sampai Desember 2017, jumlah dana zakat Indonesia yang terkumpul baru Rp 13,4 triliun,” jelas pria yang juga mantan Direktur Mobilisasi Zakat Infak Sedekah (ZIS) Dompet Dhuafa tersebut.
Suasana simposium internasional Kawasan Timur-Tengah dan Afrika (TimTengka) (Panitia Simposium Timtengka 2018 for JawaPos.com)
Nah, di mana kira-kira gap (jarak) dari jumlah potensi zakat dan jumlah yang benar-benar terkumpul tersebut? Bambang masih berusaha mencari tahu jawabannya. Yang pasti, jika dana tersebut terkumpul, bisa sangat membantu masyarakat kurang mampu.
Apalagi, berdasar data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, sebanyak 26,58 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Itu berarti, banyak orang yang transaksi bulanannya kurang dari 400 ribu. Harapannya, zakat bisa dimaksimalkan untuk membantu kaum tersebut.
Selain masih banyaknya jumlah orang Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, Bambang juga menyebutkan bahwa rasio kesenjangan sosial Indonesia berada di posisi 4 dunia. Hal tersebut, jika tidak segera diatasi, salah satu dampaknya memicu konflik besar di Indonesia.
’’Disadari atau tidak, hal-hal seperti agama dan budaya bisa menjadi sumber konflik,’’ imbuhnya.
(ina/JPC)
0 Response to "Bahas Potensi Zakat Indonesia di Simposium Timur Tengah dan Afrika"
Posting Komentar