
Namun, siapa sangka di balik kesuksesanya didapuk sebagai pemimpin baru Partai Berkarya, sepak terjang putra presiden ke-2 Indonesia di kancah perpolitikan rupanya tidak selalu berjalan mulus.
Diketahui, Pria berjuluk Pangeran Cendana ini pernah mencoba peruntungan merebut tahta kursi ketua umum partai Golkar pada 2009 lalu melalui musyawarah nasional (munas) yang diadakan di Riau. Namun, alih-alih mendapatkan dukungan yang besar, justru Tommy mendapatkan nol suara alias nihil dari seluruh kader partai Golkar.
Tommy kalah dengan tiga nama lainnya yakni Aburizal Bakrie, Surya Paloh, dan Yuddy Chrisnandi. Dalam munas itu pula akhirnya menetapkan bos Bakrie grup, Aburizal Bakrie sebagai ketua umum.
Tidak diterima di partai Golkar, akhirnya Tommy memutuskan untuk membentuk partai baru yang diberikan nama Partai Nasional Republik (Panasrep) sebagai parpol peserta pemilu 2014.
Namun, Tommy harus kembali menelan kekecewaan lantaran partainya itu dinyatakan tidak lolos oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) lantaran masalah verifikasi keanggotaan.
Kini, Tommy mencoba peruntungan kembali dengan membuat partai Berkarya. Partai ini disebut-sebut sangat mirip dengan partai yang pernah mengecewakannya itu, yakni partai Golkar. Selain logo yang mirip, partai ini pun mengambil warna kebanggan yang sama dengan partai Golkar, yakni kuning.
"Kalau ada orang bilang mirip dengan Golkar, sebenarnya tidak maksud. Kita kan mengambil logo beringin dari Pancasila sila ketiga, kemudian rantai sila kedua," ujar Sekjen Partai Berkarya, Badaruddin kepada JawaPos.com pada Senin (19/2).
Secara mengejutkan, Partai Berkarya bersama tiga parpol baru lainnya akhirnya dinyatakan lolos verifikasi faktual oleh lembaga yang diketuai oleh Arief Budiman itu pada (17/2) lalu. Keputusan itu sekaligus mengukuhkan partai Berkarya sebagai parpol peserta pemilu 2019 mendatang.
Seiring dengan lolosnya Partai Berkarya sebagai peserta pemilu itu, desakan Tommy didapuk menjadi ketua Umum partai dari simpatisan dan kader terus didengungkan. Bahkan untuk dicapreskan di pilpres 2019.
Semula, Tommy memang sempat menolak wacana tersebut, namun kini justru bos Humpuss group itu akhirnya menerima dirinya didapuk secara aklamasi sebagai ketua umum partai Berkarya.
Munculnya partai besutan Tommy ini sekaligus memunculkan isu-isu yang menyeruak mengenai bayang-bayang kepemimpinan ayahnya, bapak pembangunan bangsa, Presiden Soeharto. Kendati demikian, dirinya pun tidak merasa keberatan jika terus-terus dikaitkan oleh presiden Kedua Indonesia itu.
"Kaitan identik dengan Pak Harto hal yang wajar. Saya kira rakyat lebih tahu mana yang enak dan mana yang tidak enak. Nanti biar rakyat yang menentukan siapa yang dapat mengelola bangsa dan negara ini lebih baik," papar Tommy, Minggu (11/3) lalu.
Sebagai informasi, dalam keterangannya, Tommy mengatakan, dirinya berjanji jabatan barunya tersebut akan dipergunakan sebaik-baiknya. Di sisi lain, dirinya juga mengajak seluruh kader untuk ikut membesarkan Partai Berkarya.
Mengingat, selain menargetkan 80 kursi di DPR RI, masih ada pekerjaan rumah lain yang juga harus diselesaikan. Yakni pembentukkan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
(aim/JPC)
0 Response to "Jejak Politik Sang Pangeran Cendana, Keok di Riau Berjaya di Solo"
Posting Komentar