Sekretaris Jendral PP PBSI Achmad Budiharto menuturkan, BWF semestinya memiliki alat sensor khusus atau kamera yang bisa merekam dan menampilkan rekaman ulang ulang servis yang dilakukan.
PBSI juga meminta BWF menambah alat yang akurat dalam mengukur ketinggian servis. “Misalnya sinar infra merah, supaya menghindari faktor bias. ” ujarnya.
Menurut Budiharto, pihaknya sudah menyampaikan usulan ini ke BWF. Saat ini, katanya, pernyataan tersebut masih ditampung dan menjadi pembahasan panita.
"Masukan ini ditampung oleh penyelenggara turnamen, dan akan dijadikan bahan briefing di turnamen ini," katanya
Untuk diketahui, aturan servis yang mulai diterapkan sejak Jerman Terbuka 2018 pekan lalu sudah mendapat banyak kritik dari para pemain.
Pebulu tangkis ganda putri Rizki Amelia Pradipta misalnya. Ia mengalami 11 kali fault di babak pertama, dan dua kali fault di babak kedua. Gloria Emanuelle Widjaja pun tidak luput dari aturan ini. Servisnya dinyatakan terlalu tinggi sebanyak enam kali saat bertanding di babak pertama.
Pemain tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang dikenal piawai dalam urusan servis juga gagal sebanyak lima kali. Ambigunya aturan servis ini pun berdampak para performa ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di partai final. Mereka kalah karena Fajar dibuat frustrasi oleh hakim servis yang menyalahkan servisnya sebanyak lima kali.(ISA)
(kar/isa/JPC)
0 Response to "PBSI Desak BWF Gunakan Teknologi untuk Tolok Ukur Servis"
Posting Komentar