
"Ada satu grup ritel yang menutup beberapa outletnya. Ada toko ritel mengurangi karyawan. Langsung isunya, hoax-nya yang besar-besaran adalah pelemahan daya beli," jelas Bambang di kantornya, Jakarta, Rabu (21/3).
Dia mengatakan, adanya pelemahan daya beli ini tidak diimbangi dengan kondisi yang terjadi secara global. Padahal di belahan dunia lain, berita mengenai ritel yang berguguran juga terjadi.
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (Dok. Jawapos.com)
"Untuk orang yang tidak tahu apa yang terjadi di luar, itu benar, toko ini saja tutup, logikanya pembelinya kurang, itu menurutnya artinya incomenya kurang artinya daya belinya turun," kata Bambang.
Padahal, lanjutnya, di Amerika Serikat dan juga di Inggris, toko-toko seperti Mark Spencer dan Debenhams juga menutup outletnya.
“Di Inggris, Mark Spencer itu menutup sebagian dari outlet-nya, Debbenham menutup sebagian dari outletnya, toko lain tutup, di satu jalan di Inggris ada di satu jalan itu, ada tulisan closing down sale. Artinya itu selesai," ujarnya.
Kata Bambang jika menggunakan logika pelemahan daya beli artinya di Inggris dan Amerika Serikat juga terjadi pelemahan daya beli. Akan tetapi menurut dia pada kenyataannya adalah dua toko itu memang mengalami gulung tikar alias bangkrut.
(uji/JPC)
0 Response to "Banyak Toko Ritel Tutup Karena Daya Beli Melemah, Bappenas: Itu Hoax"
Posting Komentar