Mengenang Pesawat RI-001yang Dibeli dari Uang Rakyat Aceh

Ramainya nama Nyak Sandang diperbincanng belakangan ini mengingatkan publik pada Pesawat Dakota RI-001. Pesawat itu merupakan simbol pertahanan dirgantara NKRI di tingkat internasional. Tidak kalah lagi pesawat itu diperoleh atas kecintaan rakyat Indonesia di Aceh terhadap bangsa ini. Lantas seperti apa ketangguhan pesawat dibeli dari hasil urunan warga Aceh tersebut.

Sabik Aji Taufan-Jakarta

Setelah ditelisik lebih mendalam, pesawat yang diberi nama Dakota RI-001 Seulawah ternyata memiliki sejarah yang begitu panjang di masanya.

Dari data TNI Angkatan Udara (AU), pembelian pesawat ini diprakarsai oleh KSAU Komodor Udara S. Suryadarma. Dalam pengumpulan dananya Suryadarma kemudian memberikan mandat kepada Biro Rencana dan Propaganda pimpinan Opsir Muda Udara II, Wiweko Soepono yang dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgodisuryo, untuk mendampingi Presiden Soekarno mencari penggalangan dana ke Pulau Sumatera.

Pesawat Dakota RI-001

Pesawat Dakota RI-001 Seulawah mengangkut pasukan Birma (Dipenau for JawaPos.com)

Alasan dipilihnya Sumatera sebagai tujuan penggalangan dana, karena pulau yang ketika itu berstatuskan provinsi itu dianggap sebagai wilayah strategis untuk mempropagandakan pengumpulan dana. Sebab teritorialnya sangat mendukung diadakannya hubungan dagang dengan luar negeri.

Di samping potensi kekayaan alam, letak geografisnya memungkinkan mendapatkan devisa dengan cara penyelundupan barang keluar negeri. Hal itu terpaksa dilakukan karena adanya blokade Belanda yang tidak memungkinkan melaksanakan perdagangan dengan luar negeri secara wajar pada masa itu.

Dalam kunjungannya ke Sumatera, Soekarno turut ditemani oleh Kepala Biro Penerangan Opsir Muda Udara IRJ. Salatun. Tercatat sebanyak 7 wilayah dikunjungi mereka untuk melakukan penggalangan dana.

"Daerah yang dituju adalah Lampung, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, Tapanuli, dan Aceh," ungkap Kasubdispenum Dispenau, Kolonel TNI Maylina Saragih kepada JawaPos.com, Jumat (23/3).

Pada 16 Juni 1948, di Hotel Aceh Kutaraja, Soekarno berpidato di hadapan rakyat-rakyat Sumatera. Akibat orasi proklamator itu, rakyat Sumatera khususnya Aceh tergugah merealisasikan pembelian pesawat tersebut.

Tak butuh waktu lama, Panitia Dana Dakota yang diketuai oleh Djuned Yusuf dan Muhammad Al Habsji berhasil menggalang dana untuk pembelian pesawat tersebut.

"Dalam waktu dua hari masyarakat Aceh telah berhasil mengumpulkan uang 130.000 straits Dollar (mata uang Malaysia tahun 1898-1939)," lanjut Maylina.

Pesawat Dakota RI-001

Pesawat Dakota RI-001 Seulawah saat perawatan (overhaul) (Dipenau for JawaPos.com)

Setelah dana tersebut terkumpul pihak TNI AU yang dulu bernama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) menugaskan Opsir Muda Udara II Wiweko Supono sebagai ketua misi pembelian pesawat RI-001.

Dia ditunjuk karena keahliannya dalam bidang teknik pesawat dan kedudukannya sebagai Kepala Biro Rencana dan Konstruksi.

Pesawat Dakota RI-001 pertama kali tiba di Indonesia pada Oktober 1948. Adanya pesawat ini turut membantu dibukanya jalur penerbangan Jawa - Sumatera hingga ke luar negeri. Sebulan setelah kedatangannya, pesawat itu telah mengantarkan Wakil Presiden Mochammad Hatta melakukan kunjungan ke Sumatera melalui rute Maguwo – Jambi - Payakumbuh - Kutarajasa pulang pergi.

Saat berada di Aceh, pesawat ini disambut dengan meriah, bahkan sempat diadakan terbang perkenalan kepada pemuka masyarakat Aceh. Pada 4 Desember pesawat itu bertolak ke Kutaraja untuk mengangkut kadet Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI)--sebutan lama TNI AL, dari Payakumbuh ke Kutaraja yang dipimpin oleh KSAL Laksamana Laut Subijakto.

Pada 6 Desember 1948, pesawat Dakota RI-001 bertolak menuju Calcuta-India untuk dilakukan perawatan. Pesawat itu diawaki oleh Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot Opsir Udara III Sutardjo Sigit. Sedangkan juru radio Opsir Muda Udara III Adi Sumarmo serta seorang juru mesin Caesselbery.

Pada 20 Januari 1949, setelah dinyatakan layak terbang pasca perawatan, Dakota RI-001 tidak bisa kembali ke tanah air karena gejolak perang melawan agresi militer Belanda II.

Setelah melalui kesepakatan bersama Wiweko, Sigit, dan Sudaryono melanjutkan perjuangan di luar negeri dengan membentuk perusahaan penerbangan komersil yang didirikan di Birma, Myanmar dengan nama Indonesian Airways.

"Awalnya penerbangan komersial ini direncanakan di India, tapi karena sudah ada perusahaan penerbangan India Nation Airline (INA) yang melayani penerbangan dalam negerinya sehingga perhatian dialihkan ke Birma," imbuh Maylina.

Saat berdiri, Indonesian Airway hanya bermodal satu pesawat yakni RI-001 Seulawah. Pesawat itu diawaki oleh personel J.H. Maupin sebagai pilot, Alan Ladmore dan Caesselbery sebagai juru mesin, dibantu oleh tenaga Indonesia, Wiweko, Sigit, dan Sudarjono.

Berbeda dengan pesawat komersil lain, Indonesia Airways tidak melayani penerbangan perorangan. Sebab, RI-001 Seulawah di-booking oleh pemerintah Birma sebagai pesawat operasi militer untuk membawa pasukan dan segala logistik perang di wilayah operasi.

Akibatnya sejak penerbangan pertamanya pada 26 Januari 1949, pesawat RI-001 Seulawah kerap kali mengalami kerusakan ringan hingga berat yang meliputi hampir seluruh badan pesawat. Hal itu dikarenakan pesawat itu menjadi menjadi sasaran tembak lawan saat membantu operasi militer Birma. Di beberapa kesempatan juga pesawat ini hampir direbut oleh pemberontak.

Bahkan sejarah mencatat, salah satu awak Dakota RI-001 Seulawah yang bertugas sebagai Radio Telegrafis Udara, Muharto, mengalami luka-luka di bagian tangan terkena peluru sewaktu melemparkan perbekalan di tengah-tengah hujanan peluru musuh.

Meski kerap kali mengalami kerusakan karena menjadi sasaran tembak, pesawat RI-001 tak patah arang. Burung besi itu terus mengudara hingga hampir semua wilayah Birma telah dijelajahi dan didarati dari ujung Utara sampai ke Selatan, dan dari Barat ke Timur. Baik untuk keperluan niaga maupun untuk keperluan pemerintah dan militer.

Pada 1950, Dakota RI-001 Seulawah resmi berhenti beroperasi. Dana yang berhasil terkumpul digunakan untuk membiayai para taruna angkatan laut (kadet) yang tengah menempuh pendididikan di Filipina dan India.

"Selain membiayai para kadet yang menjalani pendidikan, operasi RI-001 dapat membeli beberapa pesawat Dakota lainnya yang diberi nomor registrasi RI-007 dan mencharter pesawat RI-009," ujar Maylina.

Setelah adanya pengakuan kedaulatan oleh Belanda, atas keputusan Kepala Staf AURIS, Indonesian Airways dilikuidasi dan semua kegiatan di wilayah Burma dihentikan. Semua personel yang berasal dari AURI harus kembali ke Tanah Air dan kembali bergabung menjadi anggota organik AURIS.

Pada medio Juni 1950, sebagian personel Indonesian Airways kembali ke tanah air. Mereka adalah Opsir Udara III Sutardjo Sigit, Opsir Udara III Sudarjono, Opsir Muda Udara III Sumarno, Kadet Udara Budiarto Iskak, dan Kadet Udara Sjamsuddin Noor. Mereka pulang dengan menumpangi pesawat Commersial Airlines dari Rangoon melalui Bangkok ke Jakarta.

"Pesawat RI-001 Seulawah tiba di Pangkalan Udara Andir pada tanggal 3 Agustus 1950 jam 11.35 setelah melewati rute Rangoon-Bangkok-Medan-Andir," tegas Maylina.

Setelah tidak beroperasi sebagai pesawat komersial Indonesia Airways, pada awal 1950 pesawat RI-001 Seulawah ditempatkan di Pangkalan Udara Andir, Bandung. Di sana burung besi tersebut digunakan untuk joy flight.

Untuk mengenang sejarah Dakota RI-001 Seulawah, pada 30 Juli 1984, Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani meresmikan monumen prasasti burung besi itu yang terletak di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.

Monumen itu menjadi lambang bahwa sumbangan rakyat Aceh sangatlah luar besar bagi perjuangan Republik Indonesia di awal kemerdekaan. Sedangkan pesawat aslinya sekarang tersimpan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

(sat/JPC)

Alur Cerita Berita

Rekomendasi Untuk Anda

Sponsored Content

loading...

Let's block ads! (Why?)

https://www.jawapos.com/read/2018/03/23/198491/mengenang-pesawat-ri-001yang-dibeli-dari-uang-rakyat-aceh

Related Posts :

0 Response to "Mengenang Pesawat RI-001yang Dibeli dari Uang Rakyat Aceh"

Posting Komentar