
Nelayan Cirebon, Supena, 48, mengatakan bahwa sejak dulu memilih menggunakan alat tangkap rumpon yang lebih sederhana. Alat tangkap yang terbuat dari ban bekas atau bambu itu dinilai lebih menghemat biaya dan ramah lingkungan.
"Dari dulu nggak pakai cantrang, kami pakainya rumpon. Karena lebih sederhana, tinggal merangkai ban bekas seperti rumah saja," ujar Supena, warga Cangkol Tengah, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Sabtu (10/3).
Alat tangkap ikan berupa rumpon dibuat dari rangkaian ban bekas menjadi bentuk kubus. Cara menggunakannya, rangkaian rumpon-rumpon kemudian ditumpuk dan di dalamnya dipenuhi dengan daun kelapa yang berfungsi menjerat ikan.
Setelah diisi dengan daun kelapa, di bagian bawah rumpon diberi bandul pemberat agar rumpon tenggelam ke dasar laut dan tidak bergeser karena gelombang ombak.
Setelah rumpon ditenggelamkan di dasar laut, nelayan menunggu tiga hari hingga seminggu agar hasil tangkapan ikan lebih banyak. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat rumpon berkisar Rp 1 juta. Besar kecil tangkapan ikan, menurut Supena bergantung dengan banyak sedikit rumpon yang ditenggelamkan.
"Alat tangkap ikan rumpon ini sangat ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem laut," ungkapnya.
Supena menjelaskan, hasil tangkapan rumpon memang tidak sebanyak jika menggunakan alat tangkap ikan cantrang. Namun demikian, alat tangkap rumpon ikan ini lebih menjaga kelestarian biota laut. "Rumpon lebih hemat biaya dan lebih ramah lingkungan," terangnya.
(wiw/JPC)
0 Response to "Cantrang Dilarang, Nelayan Cirebon Santai"
Posting Komentar